Mohon tunggu...
Muadzin Jihad
Muadzin Jihad Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur | Founder & CEO Ranah Kopi | Founder Semerbak Coffee | Father of 3 | Coffee-Book-Movie-Photography-Graphic Design Freak | Blogger | Author "Follow Your Passion" | www.muadzin.com | Instagram & Twitter @muadzin

Selanjutnya

Tutup

Money

6 Kiat Membangun Tim Bisnis ala "Garuda Di Dadaku 2"

26 Desember 2011   00:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:45 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan kesuksesan film pertamanya, Garuda Di Dadaku 2 ini film bagus dari keseluruhan aspek; cerita oleh Salman Aristo, penyutradaraan Rudi Soedjarwo, acting, gambar, editing, dan lain-lain. Untuk Anda yang belum nonton, silakan nonton segera. Yang tidak nonton, saya jamin akan menyesal… hehe. Seperti biasa, saya tidak akan buat resensi filmnya. Saya hanya ingin petik pesan-pesan berharga dari film ini yang bisa kita terapkan dalam membangun tim bisnis kita. Karena saat menonton film ini, saya jadi teringat problem yang pernah timbul dalam tim bisnis kami di Semerbak Coffee beberapa bulan lalu. Sebenarnya memang mirip sekali kiat-kiat membangun tim bisnis dengan tim olahraga. 1. Pilih coach yang terbaik Di awal film, pengurus PSSI mengganti pelatih timnas U-15 dengan pelatih baru. Tampaknya ini salah satu langkah yang benar yang diambil pengurus dalam film ini, terlepas dari isu bahwa pengurus tidak cocok dengan si pelatih lama karena sering menentang kemauan pengurus. Karena coach yang baik, yang tahu bagaimana mengeluarkan seluruh potensi tim, dan membawa tim sesuai dengan visi yang diinginkan, adalah syarat mutlak sebuah tim untuk menjadi yang terbaik. A leader is one who knows the way, goes the way and shows the way. -Unknown . 2. Pilih hanya anggota tim yang benar-benar ingin berjuang bersama Sang pelatih yang baru, Pak Wisnu, menerapkan bahwa kesuksesan diraih dengan kerja keras, dedikasi dan disiplin tinggi. Dia menseleksi anggota tim dengan seleksi fisik dan mental yang keras. Yang punya mental tempe dan setengah hati, dipersilahkan atau dipaksa mundur dari tim. Karena anggota tim yang seperti itu hanya akan mengganggu bahkan merusak kinerja dan ritme kerja tim. Coming together is a beginning. Keeping together is progress.
Working together is success. –Henry Ford . 3. Tempatkan anggota tim di posisi yang sesuai dengan kekuatannya Dalam film ini diceritakan, beberapa kali formasi pemain diubah, sampai akhirnya ditemukan formasi the winning team. Untuk bisa efektif melakukan ini, sang coach harus kenal dan tahu betul kelebihan dan kekuatan setiap anggota timnya. Finding good players is easy. Getting them to play as a team is another story. -Casey Stengel [caption id="attachment_434" align="aligncenter" width="497" caption="Nonton bareng Arkana 4.5 th + kaos official GDD2 (Foto BB by @jaumilaurora)"][/caption] 4. Jangan bawa masalah pribadi ke dalam tim Digambarkan Bayu, tokoh utama dalam film ini, menghadapi banyak konflik dan masalah dalam kehidupan kesehariannya, sehingga mengganggu kinerjanya dalam tim. Kerenggangan hubungan dengan ibunya karena waktu dan perhatian sang ibu lebih banyak tersita kepada teman dekat dalam bisnis barunya, masalah dengan tugas dan pelajaran sekolah, konflik dengan Heri, sahabat dekatnya, dan lain-lain. Kesemuanya membuat Bayu menjadi tertekan dan mempengaruhi permainannya. Memang wajar sebagai remaja usia 15 tahun, masih labil dalam kepribadian dan pengelolaan emosi. Tapi dari sini Bayu belajar bagaimana mensikapi semua masalahnya dan mana yang seharusnya diprioritaskan. The difficulties of life are intended to make us better, not bitter. -Unknown . 5. Tidak ada tempat bagi si Egois dalam tim Kehadiran bintang baru dalam tim, Yusuf, membuat Bayu merasa cemburu dan tersaingi. Dalam pertandingan penentuan ke final, Bayu berusaha mencari perhatian dan membuktikan bahwa dirinya adalah seorang bintang, dengan bermain egois dan berusaha mencetak gol sendiri. Akibatnya fatal, aksinya membahayakan tim dan pelatih mencabut jabatan kaptennya. One man can be a crucial ingredient on a team, but one man cannot make a team. -Kareem Abdul-Jabbar . 6. Kepentingan tim diatas kepentingan pribadi Bayu sempat kecewa berat dengan pencabutan jabatan kaptennya. Sempat tidak ikut latihan akhir, dan bahkan berniat hengkang dari tim. Tapi akhirnya menyadari bahwa kepentingan tim di atas segalanya. Bayu muncul menghadap pelatih sebelum final dilangsungkan. “Menjadi kapten tidak penting, tapi ini yang penting (sambil menunjuk lambang Garuda di dada)”. -Bayu . Depok 18 Desember 2011 Muadzin F Jihad Owner & CEO Semerbak Coffee Twitter @muadzin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun