Kemalikussalehan menuntut keseimbangan antara dimensi spiritual dan sosial. Dalam Islam, misalnya, seseorang tidak cukup hanya menjadi pribadi yang rajin beribadah, tetapi juga harus memiliki kontribusi nyata dalam menciptakan kebaikan di lingkungan sekitarnya. Konsep amar ma'ruf nahi munkar mengajarkan bahwa seorang yang saleh harus aktif mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Selain itu, kemalikussalehan juga relevan dalam menjawab tantangan globalisasi. Nilai-nilai saleh menjadi pegangan moral untuk menghadapi pengaruh budaya asing yang seringkali bertentangan dengan prinsip-prinsip lokal. Dengan mempraktikkan kemalikussalehan, seseorang dapat menjadi agen perubahan yang membawa keberkahan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat luas.
Penerapan kemalikussalehan memerlukan langkah konkret, seperti membangun pendidikan karakter berbasis agama, menumbuhkan kesadaran sosial, serta menghidupkan kembali tradisi gotong royong dan solidaritas. Dengan demikian, kemalikussalehan bukan hanya menjadi konsep teoritis, tetapi juga panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang penuh arti.
Pada akhirnya, kemalikussalehan adalah jalan menuju kehidupan yang berkah, damai, dan bermartabat. Dengan menumbuhkan nilai-nilai ini dalam diri dan masyarakat, kita tidak hanya memperbaiki kehidupan dunia, tetapi juga mempersiapkan bekal menuju kehidupan akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H