Keluarga pertama, kedua, dan ketiga yang tergolong miskin memiliki rencana, namun terkadang tetap membiarkan tujuan hidup mengalir seperti apa adanya. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Iskandar (2008), yang menyatakan bahwa sebagian besar responden yang tergolong miskin membiarkan tujuan hidupnya mengalir seperti apa adanya.
Dalam pembuatan perencanaan, kelima responden yang tinggal di area kumuh ringan mengomunikasikan rencananya dengan pasangan hidupnya dengan alasan agar keduanya sama-sama berusaha mewujudkan rencana yang telah dibuat.Â
Selain mengkomunikasikan rencana dengan pasangan hidupnya, pembuatan suatu rencana yang dilakukan oleh seorang ibu terkadang juga melibatkan anggota keluarga lainnya, seperti anak dan saudara dengan alasan bahwa anak dapat dijadikan sebagai tempat bertukar pikiran. Agar rencana tersebut dapat terlaksana, pembagian tugas di dalam keluarga perlu diterapkan. Kelima keluarga responden membagikan peran anggota keluarganya masing-masing dalam menyelesaikan tugas rumah tangga.Â
Selanjutnya, setelah sebuah keluarga membagi peran atau tugas untuk masing-masing anggota keluarga, diperlukan adanya pelaksanaan peran atau upaya mendistribusikan sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga. Upaya yang perlu dilakukan, yaitu memilah alokasi pengeluaran keluarga dan alokasi waktu kegiatan suami istri yang bertujuan merealisasi rencana yang sudah ditentukan.Â
Berdasarkan hasil penelitian, keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk pangan sebagai kebutuhan pokok, sedangkan tingkat pendapatan yang baik akan memberi peluang lebih besar untuk pangan yang baik berdasarkan kuantitas dan kualitas (Iskandar 2008). Selain itu, rata-rata waktu yang dialokasikan oleh suami yang tergolong miskin untuk kegiatan produktif cenderung lebih rendah dibandingkan istri.
Setelah pendistribusian sumber daya, diperlukan adanya pengawasan dalam bentuk pengamatan, evaluasi, dan perbaikan jika terjadi kesalahan di dalam suatu kegiatan, seperti pembuatan rencana yang terperinci, pengorganisasian, sampai pada pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana.Â
Menurut hasil survei yang telah dilakukan, keluarga yang tergolong miskin kurang mampu untuk mengontrol aktivitas masing-masing anggota keluarga. Hal ini bertentangan dengan keluarga yang tergolong tidak miskin yang mampu mengontrol setiap kegiatan yang dilakukan anggota keluarga, sehingga tujuan lebih mudah untuk tercapai.Â
KESEJAHTERAAN KELUARGA
Kelima keluarga yang tinggal di area kumuh sekitar daerah Babakan, Dramaga, Kabupaten Bogor, memiliki perbedaan tingkat kesejahteraan keluarga. Tidak ada satupun keluarga atau responden sampel yang memiliki taraf kesejahteraan keluarga tingkat tiga plus (KS III+). Taraf kesejahteraan keluarga paling tinggi berada di tingkat kesejahteraan tingkat dua (KS II), sedangkan tingkat kesejahteraan keluarga yang paling rendah berada di tingkat kesejahteraan tingkat prasejahtera (KPS). Rata-rata responden keluarga di area kumuh di sekitar daerah Babakan, Dramaga, Kabupaten Bogor, termasuk ke dalam tahap Keluarga Prasejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera tingkat satu (KS I) berdasarkan indikator kesejahteraan keluarga BKKBN.
Manajemen sumberdaya keluarga yang dikelola dengan baik berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan keluarga. Selain itu, kesejahteraan keluarga sangat dipengaruhi pula oleh lingkungan atau wilayah tempat tinggal yang berkaitan langsung pada kondisi ekonomi. Masyarakat yang berpenghasilan rendah cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan tempat tinggalnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan di area kumuh sekitar daerah Babakan, Dramaga, Kabupaten Bogor.Â
Area tersebut memiliki perbedaan tingkat kesejahteraan keluarga dengan rata-rata responden keluarga di area tersebut termasuk ke dalam tahap Keluarga Prasejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera tingkat satu (KS I). Dalam melakukan manajemen yang baik, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu membagi tugas dalam keluarga secara adil, bijak memilah alokasi pengeluaran keluarga dan alokasi waktu kegiatan suami istri, melakukan pengawasan sebagai bahan evaluasi, serta membuat perencanaan secara tertulis.Â