Kampung batik ini dibagi menjadi 10 bagian 'workshop' yang masing-masing diberi nama dan kategori yang berbeda. Walaupun kami hanya sempat mengunjungi 4 diantaranya, yaitu Batik Sadulur, Batik Pancawati, Batik Bumiku, dan Batik Melangit.Â
Dengan mengunjungi Kampung Wisata Batik Cibuluh ini tentunya dapat memperkaya pengunjung dengan pengetahuan bagaimana batik tulis hingga batik cetak diproses oleh para pengrajin. Pengunjung pun tentunya bisa membeli karya-karya pengrajin di kampung wisata ini.
Selanjutnya menjelang siang, kami meninggalkan Kampung Batik Cibuluh. Dengan Bus Uncal yang kami tumpangi kami menuju Pulo Geulis. Apa sih Pulo Geulis itu? Pulo Geulis merupakan sebuah pulau kecil di tengah aliran sungai Ciliwung.Â
Walaupun bukan pulau sebenarnya, namun daerah ini dikelilingi oleh Sungai Ciliwung dan menjadikannya tampak seperti pulau atau daratan di tengah Sungai Ciliwung.Â
Penduduk di Pulo Geulis ini kebanyakan dari suku Sunda dan Tionghoa. Namun mereka hidup berdampingan dengan damai walaupun mereka memiliki tradisi bahkan keyakinan yang berebeda. Untuk mencapai Pulo Geulis, kami melewati jembatan di atas aliran Sungai Ciliwung. Di Pulo Geulis ini terdapat sebuah klenteng tertua di Bogor. Nama Klenteng ini adalah Pan Kho Bio. Pan Kho diambil dari nama dewa Pan Kho, yang dipercaya sebagai leluhur bangsa Tiong Hoa.Â
Yang menarik, sejarah berdirinya klenteng ini sudah sejak Kerajaan Padjajaran dan dipercayai bahwasanya dulu Prabu Siliwangi, Raja Padjajaran pernah menjadikannya tempat peristirahatannya. Karena itu orang Tionghoa percaya bahwa tempat ini adalah  tempat yang sakral dan mendirikan klenteng di sini. Jika kita memasuki klenteng ini, yang kami dapat lihat jelas adalah sebuah altar dengan patung Dewa Pan Kho, dewa tertinggi yang diagungkan di klenteng ini.Â
Di Klenteng ini juga terdapat petilasan atau simbol tentang seringnya seorang penting dalam sejarah berada di tempat itu. Embah Sakee nama tokoh itu, salah satu penyebar agama Islam di situ yang juga merupakan putra dari Sultan Ageng Tirtayasa dari kerajaan Banten.Â
Selain itu ada makam Embah Imam yang adalah juga penyebar agama Islam di Padjajaran. Oleh sebab itu tidak heran, di bagian belakang itu terdapat Mushola untuk bersembahyang bagi umat muslim.
Setelah itu, kami menuju Kampung Labirin yang cukup berjalan kaki dari situ. Kampung Labirin terletak di sebelah Pulo Geulis. Daerah ini dulunya adalah perkampungan kumuh yang kemudian ditranformasi menjadi kampung wisata dengan binaan dari Astra. Astra memfasilitasi kampung ini dan membina warganya dengan berbagai kegiatan untuk berkarya.Â