Sudah delapan belas bulan semenjak saya menginjakkan kaki sejenak di Olomouc. Mungkin kata 'Olomouc' ini kurang popular di Indonesia.Â
Bagi saya yang suka travelling saya baru mendengar kata ini ketika saya akan travel ke Eropa Timur. Ya, Olomouc adalah sebuah kota kecil di Republik Ceko.Â
Penduduk kota ini jumlahnya hanya sekitar 200.000 jiwa. Saya beserta saudara saya saat itu sedang 'travelling' bareng dalam sebuah grup untuk menelusuri 6 negara di Eropa bagian timur.Â
Dalam perjalanan dari Republik Ceko menuju Kota Krakow di Polandia, kami sejenak singgah di sebuah tempat di Kota Olomouc. Tempat itu adalah area dekat Gereja St. Wenceslas Chatedral.
Tujuan utama kami berhenti di tempat tersebut adalah bukan hanya untuk singgah sejenak, namun untuk mengujungi Gereja St. Wenceslas Chatedral yang terkenal di kota tersebut. Bus kami berhenti di sebuah lapangan parkir yang lumayan luas. Masih sekitar satu kilometer lagi kami harus berjalan menuju gereja tersebut.Â
Saya dan saudara saya, karena terpukau dengan uniknya area di kota tua tersebut pun beberapa kali berhenti untuk berfoto. Saking asyiknya berfoto, kami tidak sadar bahwa kami ketinggalan jauh dengan rombongan grup kami. Walaupun kami sudah mencoba mengikuti google map, tetap saja kami tersesat.Â
Tidak ingin membuat yang lain menunggu, kami memutuskan untuk menghubungi mereka dan mengatakan kepada mereka untuk tidak menunggu kami, jadi kami akan langsung kembali ke bus kami saja, meskipun jarak kami juga sudah lumayan jauh dengan tempat di mana bus itu parkir.
Sungguh, untuk kembali ke tempat parkir bus pun, kami tersasar. Jadi, agar kami tetap menikmati persinggahan kami di kota tersebut, kami pun menikmati suasana area tersebut sambil berjalan pelan-pelan.Â
Salah satu kendaraan umum yang kami temui di area tersebut adalah trem. Setiap beberapa menit, kami harus menyingkir untuk tidak berpijak di atas jalur trem karena trem yang melewati jalur tersebut.
Hingga ada saatnya kami merasa agak lapar, kami menemukan sebuah toko roti yangjuga sekaligus berupa kafe. Banyak sekali roti yang dijual di situ dan tampak menarik.Â
Croissant butter berisi coklat yang dijual oleh toko roti tersebut terasa enak di lidah dan cukup mengisi perut kami yang saat itu pun memang suhunya dingin sekali, berkisar satu derajat celcius. Design interior toko roti tersebut pun juga sangat khas tipe kafe kecil di Eropa.
Setelah itu kami berjalan lagi. Dan kami menemukan sebuah toko. Tertarik, kami masuk ke dalam toko tersebut. Ada hal yang menarik perhatian kami, kosmetik. Kosmetik di toko tersebut harganya tidak terlalu mahal. Saya memborong beberapa lipstik dan juga eye liner di toko tersebut.Â
Satu yang harus diperhatikan jika belanja di negara-negara Eropa, mungkin sama yang sudah diberlakukan di Jakarta dua tahun belakangan ini, yaitu mereka tidak menyediakan kantung belanja. Saat itu kami tidak membawa kantung belanja, tapi kami bisa membeli kantung yang mereka sediakan.
Keluar dari toko tersebut, kami tersenyum lebar. Ya, kami perempuan, jadi wajar bahagia jika menemukan female things dan dapat membelanjakannya, meskipun saya sendiri sebenarnya bukan orang yang sangat feminim.Â
Kami melanjutkan langkah kami menuju area parkir bus kami yang sudah dekat. Dari jauh, kami sudah melihat beberapa anggota grup rombongan kami sudah berdiri di titik kami berjanji bertemu sebelum menuju bus.Â
Ada hal lucu yang ingin saya ceritakan. Saya saat itu sangat kedinginan hingga perly menemukan toilet. Di sana, toilet umum sangat langka. Sekalinya ada, kami harus menyediakan uang coin untuk di masukkan ke dalam lubang di gagang pintu toilet tersebut.Â
Walaupun saya memiliki uang coin, tapi ternyata harapan saya pupus karena pintu toilet tersebut tidak dapat dibuka jadi saya tidak dapat masuk ke dalamnya.Â
Karena merasa genting sekali, akhirnya saya memberanikan diri masuk ke sebuah hotel. Saya menemui resepsionis hotel tersebut dan menjelaskan bahwa saya butuh ke toilet. Penduduk Olomouc menurut saya sangat ramah, termasuk resepsionis tersebut yang dengan senyumnya menunjukkan arah toilet kepada saya. Syukurlah, di mana ada usaha di situ ada jalan.
Saya keluar dari hotel tersebut dengan rasa lega dan berjalan menuju bus saya. Di dalam bus, beberapa orang sudah duduk dengan tenang bersiap menlanjutkan perjalanan menuju Kota Krakow di Polandia.Â
Saya melihat saudara saya tengah menikmati french fries yang ia beli di sebuah kedai dekat parkiran di pinggir jalan. Saya mencobanya. Rasanya, tidak perlu ditanya, enak sekali.Â
Dengan senyum lebar dan puas, saya duduk di bangku bus saya, sambil melihat ke arah luar jendela. Bus pun perlahan melaju meninggalkan tempat tersebut. Saya tidak mau tertidur untuk beristirahat saat itu, karena suasana kota Olomouc masih saya dapat nikmati dari balik jendela bus hingga bus kami benar-benar meninggalkan kota tersebut.
Ada lagi hikmah dari persinggahan ini bahwa setiap pemberhentian mengajari kita bahwa tersesat di jalan pun dapat terasa indah jika kita memiliki perasaan dan pikiran yang positif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI