Mohon tunggu...
Diana Audekana
Diana Audekana Mohon Tunggu... Freelancer - seorang pengembara yang berusaha untuk tetap berjalan

menulis untuk membunuh bosan :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukankah Kita Nanti Akan Selalu Berseteru Perihal Menunggu?

14 Februari 2020   13:13 Diperbarui: 14 Februari 2020   14:39 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

17 Agustus 2019
Rheina

Kata mu mau
Tapi tak pernah datang
Alasan seribu
Tapi semua hanya akal-akalan
Aku tunggu
Hingga hari Minggu
Sampai datang Selasa
Ternyata hanya ada kain perca
Yang dijahit berantakan
Isinya satu kata, "maaf" 

Untung saja isi kepalaku tidak mudah mendidih
Hanya sedikit perih
Karena sudah yang ketujuh kali
Dan aku tetap begini
Mungkin hobi 

Barangkali memang itu hobi ku
Dan memberi harapan adalah hobi mu
Kita memang 'saling melengkapi'

Semoga besok lagi,
Aku masih mau dibodohi

18 Agustus 2019 
Risjad

Memang waktu tak punya malu
Tak menyisakan barang satu atau dua hari untuk menemui mu
Semoga kamu tau
Bahwa aku bukan mau memberi harapan palsu

Aku janji minggu depan
Tidak lebih dari sejam
Dan jangan tanya lagi kapan

25 Agustus 2019 | 08.25 pm
Rheina

25 menit
Dan kopi semakin pahit
25 menit lagi, dua kali lipat
Sambil menghitung cepat
Agar waktu tak berjalan lambat 

Dan menit ke 57 lewat
Akhirnya kamu singgah

25 Agustus 2019 | 08.57 pm
Risjad

Sekarang mengerti kan kenapa aku selalu terlambat?
Karna banyak hal harus dilakukan perlahan

25 Agustus 2019 | 09.01 pm
Rheina

Aku tidak bisa mengucap terima kasih
Namun satu yang pasti
Semua waktu menunggu mu hari demi hari
Tidak pernah percuma

25 Agustus 2019 | 09.03 pm
Risjad

Tanpa mutiara kan yang kamu suka?
Ku rasa juga ukurannya pas
Segera saja dipersiapkan
Karna waktunya sebentar  

15 November 2019 
Rheina

Faktanya,
Menunggu mu lama bukan berarti aku bodoh
Itu tanda bahwa hatiku menuntun kemana harus berlabuh

15 November 2019 
Risjad

Faktanya
Membuat mu menunggu lama bukanlah hal yang aku mau
Andai kamu tau dari dulu
Itu hanya tanda bahwa aku akan menjadikanmu masa depanku
Bukankah kita nanti akan selalu berseteru perihal menunggu?
Aku menunggumu memakai gincu
Dan kamu menungguku bangun dari tidur
Ramalan ku, sih, seperti itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun