17 Agustus 2019
Rheina
Kata mu mau
Tapi tak pernah datang
Alasan seribu
Tapi semua hanya akal-akalan
Aku tunggu
Hingga hari Minggu
Sampai datang Selasa
Ternyata hanya ada kain perca
Yang dijahit berantakan
Isinya satu kata, "maaf"Â
Untung saja isi kepalaku tidak mudah mendidih
Hanya sedikit perih
Karena sudah yang ketujuh kali
Dan aku tetap begini
Mungkin hobiÂ
Barangkali memang itu hobi ku
Dan memberi harapan adalah hobi mu
Kita memang 'saling melengkapi'
Semoga besok lagi,
Aku masih mau dibodohi
18 Agustus 2019Â
Risjad
Memang waktu tak punya malu
Tak menyisakan barang satu atau dua hari untuk menemui mu
Semoga kamu tau
Bahwa aku bukan mau memberi harapan palsu
Aku janji minggu depan
Tidak lebih dari sejam
Dan jangan tanya lagi kapan
25 Agustus 2019 | 08.25 pm
Rheina
25 menit
Dan kopi semakin pahit
25 menit lagi, dua kali lipat
Sambil menghitung cepat
Agar waktu tak berjalan lambatÂ
Dan menit ke 57 lewat
Akhirnya kamu singgah
25 Agustus 2019 | 08.57 pm
Risjad
Sekarang mengerti kan kenapa aku selalu terlambat?
Karna banyak hal harus dilakukan perlahan
25 Agustus 2019 | 09.01 pm
Rheina
Aku tidak bisa mengucap terima kasih
Namun satu yang pasti
Semua waktu menunggu mu hari demi hari
Tidak pernah percuma
25 Agustus 2019 | 09.03 pm
Risjad
Tanpa mutiara kan yang kamu suka?
Ku rasa juga ukurannya pas
Segera saja dipersiapkan
Karna waktunya sebentar Â
15 November 2019Â
Rheina
Faktanya,
Menunggu mu lama bukan berarti aku bodoh
Itu tanda bahwa hatiku menuntun kemana harus berlabuh
15 November 2019Â
Risjad
Faktanya
Membuat mu menunggu lama bukanlah hal yang aku mau
Andai kamu tau dari dulu
Itu hanya tanda bahwa aku akan menjadikanmu masa depanku
Bukankah kita nanti akan selalu berseteru perihal menunggu?
Aku menunggumu memakai gincu
Dan kamu menungguku bangun dari tidur
Ramalan ku, sih, seperti itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H