Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Balige, Kota Betlehem di Tanah Batak

25 Desember 2024   13:05 Diperbarui: 25 Desember 2024   17:41 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Sybrandus van Rossum, OFM Cap, misionaris Katolik pertama di Tanah Batak (Foto: Domain Publik/via wikipedia.org)

Pertemuan pertama itu segera disusul dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Dari tadinya hanya dua orang menjadi banyak orang. Dari tadinya sembunyi-sembunyi malam hari menjadi terbuka di siang hari.

Demikianlah, berkat keramahan dan keterbukaannya dalam betkomunikasi, Pastor Sybrandus berhasil "menjala manusia" di Tanah Batak. Pada pertengahan 1935, tercatat 600 orang telah dibaptis (mayoritas anak kecil), dan 3,200 orang menjadi katekumen (belajar agama Katolik). 

Tak hanya dari Balige dan sekitarnya. Permintaan untuk kunjungan dan pengajaran agama Katolik datang juga dari daerah Samosir dan Uluan di barat daya/utara, Silindung di selatan, Humbang/Hasundutan di barat, dari Habinsaran di timur. 

Tuaian melimpah tapi penuai terlalu sedikit. Mgr. Mathias Brans kemudian mengutus bala bantuan, sejumlah pastor dan bruder Belanda ke Balige untuk menjalankan karya Misi di Tanah Batak. 

Pada tahun 1936, di atas sebidang tanah bekas bioskop dan gudang beras di tepi jalan raya, berdirilah Gereja Katolik Santo Yosef, Paroki Balige. Di belakang gereja dibangun juga sebuah sekolah Katolik. Pasangan gereja dan sekolah ini menjadi pola baku pembangunan komplek gereja Katolik di Tanah Batak.

Dari Paroki Balige inilah agama Katolik kemudian menyebar ke delapan penjuru Tanah Batak. Huria pagaran, atau stasi, segera tumbuh cepat di Uluan, Samosir, Humbang Hasundutan, Silindung, dan Habinsaran (Parsoburan). Selanjutnya pemekaran Paroki Balige yang melahirkan paroki-paroki Sibuntuon (kelak gabung lagi ke Balige), Lintongnihuta, Doloksanggul, Tarutung, Parsoburan, dan Pangururan.

Tuturan di atas adalah kisah kelahiran dan persebaran Gereja Katolik di Tanah Batak. Posisi kota Balige menjadi sentral. Di situlah Gereja Katolik pertama lahir, dan dari situlah dia menyebar ke seluruh penjuru Tanah Batak. Karena itulah Balige dijuluki sebagai "Betlehem Tanah Batak".

Salah satu sudut indah Bona Pasogit Balige (Sumber: via beritawisata.com)
Salah satu sudut indah Bona Pasogit Balige (Sumber: via beritawisata.com)

Ke Balige, ke Betlehem, ke Bona Pasogit, ke Kasih

Balige itu adalah suatu model Betlehem. Betlehem dalam ajaran Katolik dimaknai sebagai lokus kelahiran Sang Kasih, Sabda Yang Hidup Menjadi Daging, Yesus Kristus sendiri. Tempat lahir Hukum Utama: "Kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri."

Karena itu kembali ke Betlehem pada hakekarnya adalah kembali ke akar, kembali kepada Hukum Kasih. Sekaligus kembali kepada Damai, karena Kasih adalah rahim Damai. Bukan kesiapan perang yang menjadi sumber damai -- civis pacem parabellum.

Kembali ke Balige sebagai "Betlehem", dalam konteks budaya Batak Toba, dapat dimaknai pula sebagai kembali ke Bona Pasogit, ke tanah kampung kelahiran. Itu berarti pulang ke dalam lingkungan komunitas Dalihan Natolu, struktur tigaan hula-hula (pemberi istri), dongan tubu (kerabat segaris darah), dan boru (penerima istri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun