Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Balige, Kota Betlehem di Tanah Batak

25 Desember 2024   13:05 Diperbarui: 25 Desember 2024   17:41 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Katolik Santo Yosef Balige, Toba sekarang ini (Foto: Albertus Gregory/archdioceseofmedan.or.id)

Gereja Katolik telat datang ke Tanah Batak karena kendala aturan Pemerintah Kolonial. Dilarang Zending Protestan dan Misi Katolik berkarya di daerah yang sama. 

Tapi, atas kegigihan Mgr Mathias Brans OFM Cap (Vikaris Apostolik Padang 1932-1941), serta oleh desakan sejumlah tokoh Batak sendiri, Pemerintah Kolonial akhirnya mengizinkan Misi Katolik masuk ke Tanah Batak tahun 1933.

Mgr. Mathias Brans langsung menindak-lanjuti izin tersebut. Kota Balige dipilih sebagai titik pusat karya Misi Katolik di Tanah Batak. Lalu pada 5 Desember 1934, Pastor Sybrandus van Rossum OFM Cap diutus dan tiba di Balige sebagai missionaris Katolik pertama.

Pilihan atas kota Balige itu sangat strategis. Terletak di tepi pantai selatan Danau Toba, kota itu terbuka ke empat penjuru. Ke utara (Medan) dan selatan (Sibolga) lewat jalan raya Trans-Sumatera. Ke barat ( Samosir) lewat danau dan ke timur (Parsoburan) lewat jalan darat.

Keterbukaan dan ketersediaan transportasi yang berpusat di Balige membuat kota itu strategis untuk karya Misi Katolik. Onan Balige waktu itu adalah pasar besar, tempat pedagang dan pembeli dari delapan penjuru Tanah Batak bertemu. Pasar itu adalah lokus terbaik untuk persebaran kabar terbaru, termasuk kehadiran dan kiprah Misi Katolik di Tanah Batak.

Berumah di tepi pantai, Pastor Sybrandus memulai karyanya dengan suatu kebingungan. Pesan Mgr. Mathias, berbicaralah di setiap waktu dan tempat dengan orang Batak lalu pertobatkan mereka. 

Tapi bagaimana caranya? Secara religi, orang Batak waktu itu terbagi tiga: Protestan (HKBP), Parugamo Malim (Parmalim), dan Penganut Animisme/Dinamisme. Tiga kelompok itu, terutama yang pertama dan kedua, bukan entitas yang mudah "dipertobatkan".

Tapi Roh Kudus selalu bekerja dengan cara tak terduga, serendipitas. Pada suatu malam Pastor Sybrandus berdiri di tepi pantai. "Horas be ma hita." Dia menyapa dua orang nelayan yang lewat naik perahu di bibir pantai. Dua nelayan itu kaget, ketakutan, lalu kabur.

"Ah, kontak pertama gagal," keluh Pastor Sybrandus dalam hati. 

Tapi dia keliru. Menjelang tengah malam, kedua nelayan tadi datang ke rumah Pastor Sybrandus. Itu persis seperti Nikodemus, seorang imam Yahudi, malam-malam datang menemui Yesus. 

Kedua orang itu, satunya HKBP dan lainnya Parmalim, menanyakan berbagai hal kepada Pastor Sybrandus. Siapakah Sybrandus? Apakah ajaran Katolik itu menyembah berhala? Apakah Katolik akan membangun sekolah bagus seperti di Medan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun