Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Samosir Itu Jantung Kaldera Toba

10 Desember 2024   21:24 Diperbarui: 11 Desember 2024   11:24 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan panorama Desa Bonandolok, Samosir (Foto: Youtube Jhonny Siahaan) 

Sejarah genealogis Batak -- campuran mitos, legenda, dan fakta -- menuturkan pembelahan komunitas Siraja Batak menjadi dua yaitu kelompok Tateabulan dan kelompok Isumbaon. Kedua nama terakhir ini dikisahkan sebagai dua putra Siraja Batak yang lahir di Sianjur Mulamula.

Kelompok Tateabulan kemudian terbelah lagi menjadi dua yaitu Lontung dan Naimarata. Lontung adalah keturunan Raja Lontung. putra Sariburaja dari perkawinan inses dengan Siboru Pareme, adik perempuannya. Sariburaja sendiri adalah anak pertama Tateabulan. Lontung menikah inses juga dengan ibunya dan menurunkan marga-marga Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Siregar dan Aritonang.

Sementara Naimarata adalah gabungan dari keturunan tiga putra lain Tateabulan bersama keturunan Raja Borbor. Putra Tateabulan yang dimaksud adalah adik Sariburaja yaitu Limbong, Sagala, dan Malau. Borbor sendiri menurunkan marga-marga antara lain Pasaribu, Batubara, Harahap, Tanjung, dan Lubis.

Belahan Batak kedua, Isumbaon, terbelah menjadi tiga kelompok marga turunan Sorimangaraja, putra tunggal Isumbaon, dari hasil perkawinannya dengan tiga orang putri kelompok Tateabulan yaitu Nai Ambaton, Nai Rasaon, dan Nai Suanon.

Nai Ambaton menurunkan marga-marga Simbolon, Munte, Tamba, dan Saragi. Sementara Nairasaon melahirkan marga-marga Manurung, Sitorus, Sirait, dan Butarbutar.

Sementara Nai Suanon menurunkan tujuh kelompok marga terbesar dalam masyarakat Batak Toba. Tujuh kelompok itu dikenal sebagai Sibagotnipohan (a.l. Tampubolon, Siahaan, Simanjuntak, Panjaitan, Silitonga, Siagian, Marpaung, Napitupulu); Sipaettua (a.l. Pangaribuan, Hutapea, Hutajulu); Silahisabungan (a.l. Sihaloho, Nadapdap, Tambunan); Sirajaoloan (a.l. Naibaho, Sihotang, Sinambela, Sihite); Sirajasumba (Sihombing. Simamora); Sirajasobu (Sitompul, Hasibuan); Naipospos (a.l. Marbun, Hutauruk, Simanungkalit).

Disebut moiety dalam khasanah antropologi, dua belahan sosial Batak itu memiliki hubungan kekerabatan. Secara tradisi belahan Tateabulan adalah hula-hula, pemberi istri bagi belahan Isumbaon sebagai boru, penerima istri. 

Hal itu terbukti pada misalnya Raja Sisingamangaraja XII, turunan Isumbaon. Tiga dari lima orang istrinya adalah turunan Tateabulan yaitu boru Sagala, boru Situmorang, dan boru Siregar.

Jejak geografis moiety Batak Toba itu terbaca di Samosir. Gunung Pusukbukit itu dibelah dua secara geografis. Belahan barat adalah wilayah Tateabulan. Sedangkan belahan timur menjadi wilayah Isumbaon. 

Pulau Samosir juga dipotong dua. Batasnya adalah garis imajiner yang ditarik dari satu titik di Palipi (barat) sampai ke satu titik di Tomok (timur). Penggalan utara adalah wilayah Isumbaon, khususnya turunan Naiambaton. Sedangkan penggalan selatan menjadi wilayah turunan Raja Lontung. 

Samosir dengan demikian menjadi unik dibanding daerah lain di Kaldera Toba. Di wilayah inilah dua belahan Batak Toba meninggalkan jejak batas-batas geografis. Tak banyak orang yang mengetahui fakta tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun