Aku Dipanggil 'Sayang' oleh Pak Tjiptadinata

Samber gledek pohon jambu depan rumah kalau aku bohong. 

(Kuharap begitu sebab sudah 10 tahun usia pohon  jambu itu tapi baru sekali berbuah. Itupun buahnya cuma sebuah. Untuk apa dia hidup lebih lama lagi?)

Beneran, bukan hoaks apalagi fitnah. Aku bener dipanggil "sayang" oleh Pak Tjiptadinata.

Baca juga: Jelma

Ini buktinya:

"Horas Pak Felix
Puisinya irit
Hemat atau pelit
Ibarat sereguk kopi pahit
Hehehe
Salam hangat ya Koh Fey Lie Tan
Owe mau ngopi dulu ya sayang"

Itu komentar Pak Tjip pada kolom artikelku (puisi) "Jelma" (Kompasiana.com)

Kurasa-rasa pasti ada tiga konsekuensi serius panggilan "sayang" itu.

Baca juga: Metamorfosa Bahasa Cinta

Pertama, Bu Roselina sebagai istri akan mengamuk kepada Pak Tjip karena suaminya itu ternyata punya "sayang" yang lain di lain benua. Hmm, siap-siap piring terbang beterbangan di dalam rumah. 

Baca juga: Nulla Dies Sine Linea: Kisah Transformasi Diri dari Penggambar ke Penulis

Kedua, aku akan kena hujatan  seluruh kompasianer karena dianggap menjadi orang ketiga dalam  perkawinan Pak Tjip dan Bu Lina yang sudah menginjak  usia Diamond. Pesta diamond anniversary  2 Februari 2024 di Jakarta " terancam gagal nih. 

Ketiga, aku akan dituduh kompasioner sejagad sebagai gerontofilia penyuka sejenis. Halah, emangnye kite laki lansia apaan, ya, Pak Tjip.

Agar tak menjadi skandal kompasianagate, aku perlu klarifikasi di sini.

Dengan tegas kukatakan: "Aku tidak sayang-sayangan dengan Pak Tjip. Pak Tjip dan aku adalah penyayang hanya istri masing-masing. Titik!"

Tak adalah itu ceritanya Felix Tani penyuka sesama jenis, yang lebih tua lagi. Jijay tralala itu!

Kompasianer Acek Rudy adalah saksi bahwa kata-kataku benar adanya. "Betul, kan, sayang?" [eFTe]