Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Paus Fransiskus, Patung Yesus Sibeabea dan Praksis Laudato Si' di Kaldera Toba

29 September 2024   14:33 Diperbarui: 29 September 2024   18:55 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberkatan Patung Yesus Sibea-bea oleh Mgr. Kornelius Sipayung, OFM Cap., Uskup Agung Keuskupan Agung Medan (19/9/2024) (Youtube Komsos KAM)

Itu berarti Patung Yesus Sibea-bea sebagai suatu entitas sosial, direpresentasikan oleh Yayasan JTDT sebagai pengelola, memiliki tanggungjawab moral untuk mengambil inisiatif menjadikan dirinya sentrum tobat ekologis. Dengan demikianlah Patung Yesus Sibea-bea akan menjadi sentrum praksis nilai-nilai Laudato Si' khususnya di Kaldera Toba.

Patung Yesus Sibea-bea dan potret krisis lingkungan di perbukitan sekelilingnya (Facebook Danau Toba Indonesia) 
Patung Yesus Sibea-bea dan potret krisis lingkungan di perbukitan sekelilingnya (Facebook Danau Toba Indonesia) 

Tiga Langkah Kongkrit

Jika disepakati Patung Yesus Sibea-bea menjadi sentrum praksis nilai-nilai Laudato Si', khususnya tobat ekologis, maka tiga inisiatif berikut pantas dipertimbangkan Yayasan JTDT sebagai langkah kongkrit.

Pertama, menjadikan nilai-nilai Laudato Si' (Terpujilah Engkau) khususnya tobat ekologis sebagai nilai institusional Patung Yesus Sibea-bea dalam status dan fungsinya sebagai destinasi wisata (ziarah) rohani. Tobat ekologis bisa disematkan sebagai jenama (branding) obyek wisata itu.

Setiap orang yang datang berwisata rohani ke sana, dengan demikian akan memahami kehadirannya di situ sebagai titik awal langkah pertobatan ekologis. Spektrum tobat ekologis dalam konteks Kaldera Toba sangat luas, mulai dari sekadar mengantongi bungkus permen sendiri sampai menanam pohon di lahan kritis. 

Tapi laku tobat ekologis itu tentu tak hanya dilakukan terbatas di Kaldera Toba. Secara konsisten juga juga bisa diamalkan di tempat asal para wisatawan, semisal mereka datang dari luar kawasan Kaldera Toba.

Kedua, menjadikan kawasan Bukit Sibea-bea sebagai model untuk best practice nilai-nilai Laudato Si' khususnya pertobatan ekologis. 

Bukit Sibea-bea dan lingkungan sekitarnya kini masih menampakkan wajah krisis ekologi manusia Kaldera Toba. Vegetasi utamanya adalah pohon pinus yang tumbuh jarang. Selebihnya adalah semak belukar dan alang-alang.

Pihak Yayasan JTDT dapat mengembangkan semenanjung (bukit) Sibea-bea itu menjadi semacam Taman Eden Kaldera Toba. Kawasan itu bisa dibangun menjadi arboretum untuk pelestarian flora khas Kaldera Toba, khususnya tumbuhan endemik setempat seperti andaliman, antarasa, ingul, pokki, bintatar, mangga toba, dan lain-lain. Bisa juga diintegrasikan dengan pelestarian fauna endemik setempat, khususnya kambing panorusan samosir. 

Wisatawan, secara individu ataupun kelompok, dapat ditawari kesempatan untuk menjadi orangtua angkat (foster parent) untuk satu pohon yang ditanamnya di area arboretum itu. Tentu dengan konsekuensi wisatawan itu menanggung biaya pembelian bibit dan pemeliharaannya sampai dewasa. 

Ketiga, menularkan semangat Laudato Si', tobat ekologis, ke luar area Patung Yesus Sibea-bea khususnya ke seluruh kawasan Kaldera Toba yang kini sedang dicekam krisis ekologi, dari daratannya sampai perairan Danau Toba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun