Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Paus Fransiskus dan Sepatu Hitamnya

17 September 2024   17:41 Diperbarui: 18 September 2024   07:11 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepatu hitam tua Paus Fransiskus selama kunjunganya ke Jakarta (3-6/9/2024) Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/ Agus Suparto

Pengamalan anjuran itu ditandai dengan kehadiran atau tampilan Paus Fransiskus yang sangat bersahaja kapan dan di manapun. Mulai dari tempat tinggal, kendaraan, makanan, sampai pada pakaian, termasuk sepatu. Keseluruhan kehadirannya, termasuk atribut yang melekat pada dirinya, adalah artikulasi penyembuhan Gereja dari sakitnya.

***

Ketika Paus Benediktus XVI mengatakan sepatu Kardinal Bergoglio adalah kritik, keduanya sedang mengenakan model sepatu yang berbeda.

Paus Benediktus, selaras tradisi kepausan, mengenakan sepatu kulit berwarna merah rancangan dan tempaan Adriano Stefanelli dan Antonio Arellano, dua orang perajin sepatu asli Italia. 

Warna merah sepatu itu adalah simbol kemartiran, sengsara Kristus, sebagai pernyataan kesiapan mati demi Kritus. Pada para Kardinal dan Uskup, warna merah sebagai simbol kemartiran itu berupa ban pinggang berwarna merah. Paus tidak mengenakan ban pinggang merah. Seluruh pakaiannya sampai zucchetto, topi bulat kecil, berwarna putih.

Sementara itu Kardinal Bergoglio menganakan sepatu bot kulit tua berwarna hitam. Paus Benediktus, dalam film The Two Popes menafsirnya sebagai kritik. Sebab pada posisinya sebagai Kardinal dan Uskup Agung Buenos Aires, Bergoglio sebenarnya wajar saja jika mengenakan sepatu yang lebih bagus.

Tapi dia memilih mengenakan sepatu kulit hitam biasa, seperti dikenakan kebanyakan warga biasa di Argentina. Pilihan sepatu itu menunjukkan pemihakannya kepada masyarakat kebanyakan, terutama masyarakat periferal atau mereka yang terpinggirkan.

Sepatu kulit hitam itu berkonotasi kesediaan bekerja di luar ruangan, dalam arti siap bekerja di tempat-tempat kotor yang jauh dari rasa nyaman. Sementara sepatu berwarna merah, kendati itu simbol kemartiran, memiliki konotasi modis, fashionable, hanya cocok dikenakan di tempat-tempat yang eksklusif dan elitis. Sepatu merah mengkilap itu kesannya tidak siap kotor.

Setelah terpilih menjadi Uskup Roma, Paus Fransiskus tetap setia mengenakan sepatu kulit warna hitam dalam setiap kegiatannya, kapanpun dan di manapun. Itu penanda komitmen kuat Paus Fransiskus untuk membawa Gereja Katolik keluar dari dalam dirinya, lalu pergi melayani umat di pinggiran sana, di tempat-tempat yang sulit dan tak nyaman.

Saat pertemuan Paus Fransiskus dengan para Jesuit di Kedutaan Vatikan, Jakarta (4/9/2024), Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo, SJ secara khusus mengamati sepatu hitam yang dikenakan Bapa Paus. "Saya lihat sepatunya itu hitam dan sudah berlekuk-lekuk, tandanya sudah lama dipakai. Itu bukan sekadar kebetulan, itu pilihan," kata Bapa Kardinal. 

Itu pilihan Bapa Paus. Selama sepatu hitamnya masih layak pakai, belum jebol, maka tetap akan dikenakan. 

Itu bukan sekadar sikap sederhana tetapi, lebih dari itu, sikap hormat kepada lingkungan. Semakin lama sepasang sepatu dikenakan, semakin berkurang limbah, dan semakin berkurang juga penggunaan kulit hewan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun