"Dalam tradisi Gereja Katolik burung merpati putih adalah simbol Roh Kudus, harapan, dan perdamaian."
/1/
Istana Merdeka Jakarta, Rabu 4 September 2024, pagi. Â Presiden Jokowi menyambut kunjungan kenegaraan Paus Fransiskus di depan istana.
Kedua tokoh itu, Paus Fransiskus dan Presiden Jokowi, tampak berdiri di depan teras istana. Â Di sebelah kiri dan kanan mereka berdiri jajaran pejabat tinggi kedua negara.
Lalu di halaman depan istana, Korps Musik Paspampres sedang memainkan  Inno e Marcia Pontificale, Mars Kepausan atau Lagu Kebangsaan Vatikan gubahan Charles Gounod (1869). Bunyi tembakan salvo meningkahi suara instrumen musik itu. Terdengar agung, khidmad, indah, magis, sekaligus patriotik.Â
Tiba-tiba sekelompok merpati putih muncul di udara, terbang berputar-putar tepat di atas kelompok pemusik yang sedang memainkan Mars Kepausan itu. Â Menakjubkan, sangat indah. Â Itu bukan peristiwa biasa. Â Atau, setidaknya, itu bukan peristiwa yang jamak.
 /2/
Jalanan kota Dili, 9 September 2024, siang. Paus Fransiskus di atas popemobile sedang membelah lautan manusia dalam perjalanan dari Bandara Nicolau Lobato ke pusat kota. Kiri-kanan sepanjang jalan ribuan umat menyambut dan mengelu-elukan Bapa Suci. Tak hirau oleh sengatan panas matahari dan terpaan angin berdebu.Â
Sejumlah burung merpati dilepas ke udara untuk memeriahkan penyambutan Bapa Paus Fransiskus. Burung-burung merpati itu beterbangan menjelajah langit kota.
Tak dinanya seekor merpati putih terbang menghampiri mobil Paus, lalu hinggap di atap kiri kabin penumpang. Â Seorang penumpang menangkap lalu melepasnya lagi. Tapi merpati itu terbang kembali mendekati Bapa Suci dan hinggap di bawah kursinya. Bahkan sempat hinggap di lengan pengawal Paus.
/3/
Kehadiran burung-burung merpati di Istana Negara Jakarta dan jalanan kota Dili itu viral di media massa dan media sosial. Tanggapan atau pendapat khalayak terbelah dua.
Di satu pihak ada kelompok yang melihatnya secara rasional saja.  Sekelompok merpati di Istana Negara terbang ke udara karena kaget mendengar bunyi tembakan salvo.  Seekor burung merpati di jalanan  Dili panik karena keriuhan umat, lalu terbang nyasar ke mobil Paus.
Di lain pihak ada kelompok yang menafsirnya sebagai simbol. Â Mereka yakin kehadiran burung-burung merpati itu adalah simbol Roh Kudus, harapan, dan perdamaian yang menjiwai lawatan apostolik Paus Fransiskus. Â
Kelompok terakhir ini punya keyakinan, kalau bukan Paus Fransiskus yang datang, maka burung-burung merpati itu tidak akan muncul.  Aura Santo Fransiskus Asisi, saudara semua manusia, hewan, tumbuhan, dan alam dianggap hadir dalam diri  Paus Fransiskus. Itu keyakinan, tidak bisa dipatahkan, sekalipun dengan argumen logis empirik.
Itu seperti keyakinan warga satu desa di lereng Merapi, Yogyakarta. Saat Sultan Hamengkubuwono IX mampir ke sana, warga minta diturunkan hujan karena kemarau berkepanjangan telah membuat seisi desa menderita. Â Begitu Sri Sultan pulang ke Yogya, desa itu langsung diguyur hujan deras. Bagi warga desa, satu-satunya penyebab turunnya hujan itu adalah kemurahan hati Sultan.
/4/
Lepas dari silang pendapat tadi, kehadiran burung-burung merpati di sekitar Paus Fransiskus itu menurutku adalah suatu "kebetulan yang indah". Â Dengan pemahaman seperti itu, bisa dikatakan burung-burung merpati itu adalah simbol Roh Kudus, pembawa harapan perdamaian untuk bangsa dan negara Indonesia dan Timor Leste.
Selama kunjungannya di Jakarta dan Dili, Paus Fransiskus berulangkali menekankan pentingnya trimatra iman, persaudaraan, dan belarasa sebagai strategi pewujudan keadilan. Dan hanya melalui keadilan maka perdamaian akan tercapai.Â
"Opus justitiae pax," - Perdamaian adalah buah karya keadilan. Â Itu kata-kata Paus dalam sambutannya di Istana Negara Jakarta.
Perdamaian, melalui jalan keadilan, bagaimanapun adalah pesan utama kunjungan apostolik Paus Fransiskus. Ke mana pun Bapa Paus pergi, orang-orang selalu mendengar pesan damai darinya. Juga merasakan aura damai memancar dari senyum dan tatapannya.
Memang  tidaklah salah bila ada orang menilai kehadiran burung-burung merpati tadi sebagai hal yang bisa dijelaskan secara rasional. Pikiran rasional adalah karunia Tuhan.
Tapi juga sama  tidak salahnya, bahkan sangat indah, bila ada orang yang secara intuitif memandangnya sebagai simbol kehadiran Roh Kudus, roh perdamaian bagi bangsa dan negara yang dikunjunginya. Pikiran intuitif juga adalah karunia Tuhan.
Jadi entah kehadiran burung-burung merpati itu sesuatu yang acak, atau itu suatu kebetulan yang indah, satu hal yang pasti Paus Fransiskus datang membawa pesan perdamaian dan burung merpati adalah simbol perdamaian.  (eFTe)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI