Ihan Batak (Neolissochilus thienemanni, Ahl., 1933), ikan endemik Danau Toba dan sungai-sungainya, kini sedang terancam punah (endangered). Demikian laporan dari International Union for Conservation of Nature tahun 2020. Berdasar itu Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menetapkan ihan sebagai spesies yang dilindungi penuh (Kepmen KKP No. 1/2021).
Pertumbuhan populasi ihan di Kaldera Toba saat ini negatif. Lebih besar jumlah penangkapan ketimbang jumlah anakan baru. Jumlah penangkapan yang tinggi itu merespon permintaan ihan yang tinggi dan, karena itu, harga jual yang sangat mahal.Â
Permintahan ihan tinggi terkait dengan statusnya sebagai ikan adat. Jenis ikan ini adalah pilihan utama untuk adat upa-upa, mohon berkat atau keselamatan kepada Mulajadi Nabolon, Pencipta Agung. Selain itu juga lazim disajikan sebagai lauk untuk tamu yang "dirajakan".Â
Tak diragukan lagi, rasa ikan ikan ini sungguh teramat istimewa. Karena itu dijuluki juga sebagai "ikan para raja".
Tapi penurunan populasi tak semata karena konsumsi yang tinggi. Melainkan juga karena kerusakan ekosistem Kaldera Toba. Penggundulan hutan, pencemaran air, dan pelepasan ikan predator ke Danau Kaldera Toba telah merusak habitan ihan. Hal itu kemudian menekan tingkat fertililitas ihan tersebut.
Ada kekhawatiran, jika tidak ada langkah strategis pelestarian, ihan Batak suatu saat kelak hanya tinggal nama. Itu artinya Kaldera Toba akan kehilangan salah satu kekayaan hayatinya yang paling berharga. Bukan saja karena ihan itu ikan endemik Kaldera Toba. Tapi karena ihan Batak itu salah satu penanda atau penciri pada budaya etnis Batak.
Satu cara pelestarian ihan yang layak dipertimbangkan adalah mengembangkan suatu obyek wisata pelestarian in situ ihan Batak. Cara ini tidak saja hanya akan melestarikan ihan Batak, tetapi juga dapat memperkenalkan ikan penanda budaya Batak itu kepada khalayak, langsung di habitat aslinya. Â
Habitat asli ihan adalah sungai dan danau yang bersih, bersuhu dingin (16-26°C) berarus deras di daerah pegunungan. Dari hasil riset Sekar Larashati, Limnolog BRIN diketahui desa Bonandolok, Sianjurmula-mula, Samosir merupsksn lokasi ideal.
Ada dua alasan pemilihan desa Bonandolok. Pertama, sungai Sitapigagan yang membelah desa itu adalah habitat ihan yang masih terjaga. Karena itu dengan sendirinya cocok untuk konservasi ihan.Â
Ekosistem daerah aliran sungai itu masih terjaga. Arusnya deras, airnya bersih, bantaran penuh pepohonan sumber pakan, dan hutan di hulu masih kestari menjamin kecukupan debit air.