Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Berjumpa Bunda Teresa di Kapel Seminari Menengah Siantar

3 Juni 2024   09:20 Diperbarui: 3 Juni 2024   15:10 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunda Teresa dari Kalkuta sebagai sosok Veronika dalam peristiwa Jalan Salib (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)

Walau bukan mukjizat tapi perjumpaan dengan sosok Bunda Teresa, Santa dari Kalkuta, India tetaplah sebuah karunia tak terduga bagiku.

Aku sedang pulang ke almamaterku, Seminari Menengah Christus Sacerdos (SMCS), Pematang Siantar. Di sekolah calon pastor Katolik ini kuinjakkan kaki untuk pertama kalinya setengah abad lalu sebagai murid SMP. Kini, setelah meninggalkannya selama 47 tahun, aku berdiri lagi di tempat yang sama.

Bukan sebuah pulang yang acak. Bertiga dengan dua orang teman, sesama eks-seminari, atas prakarsa Paguyuban Gembala Utama dan Pastor-pastor SMCS aku datang ke situ untuk pendampingan literasi digital bagi adik-adik seminaris. Mereka adalah Generasi Z, anak-anak Grammatika dan Syntaksis, kelas 1 dan 2 SMA.

Sabtu sore di sela-sela kesibukan pendampingan itu -- 31 Mei-2 Juni 2024 -- aku menyempatkan diri mampir ke kapel seminari. Berdoa sambil mengenang masa lalu, itu saja intensiku sebenarnya. Sebab dulu, 1973-1974, aku dan teman-teman setiap hari melakoni doa pagi, senja, dan malam di situ.

Seusai berdoa, aku melayangkan pandangan ke sekeliling interior kapel tua itu. Ada kejutan pemandangan yang berbeda dari 50 tahun lalu. Motif kaca patri pada dinding belakang altar dan 14 lukisan peristiwa Jalan Salib pada dinding kiri dan kanan kapel dulu belum ada.

Dua karya disain interior kapel itu mengingatkanku pada seseorang. Dialah Pastor Philipus, OFM Cap, guru seni rupa yang mengajariku semasa SMP di SMCS dulu. Kedua karya itu, tak kuragukan lagi, adalah hasil sentuhan tangan pastor seniman asli Belanda itu.

Pastor Philipus adalah perupa ekspresionis. Karya-karya lukis dan patungnya selalu memancarkan emosi subyektif yang sangat kuat. Ditandai oleh goresan garis yang tegas dan penggunaan warna-warna yang kontras. Ditambah dengan penggambaran yang bersifat deformatif, karya-karyanya tampak dramatis.

Setidaknya begitulah yang kurasakan saat mengamati karya-karya seninya di dalam kapel SMCS. Karya-karya yang belum ada di sana saat aku meninggalkan tempat itu tahun 1976. 

Lukisan kaca patri pada dinding belakang altar kapel tampak berpendar di sore hari (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokunen Pribadi)
Lukisan kaca patri pada dinding belakang altar kapel tampak berpendar di sore hari (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokunen Pribadi)

Roh Kudus dan Para Malaikat

Sabtu sore itu, duduk sendiri di bangku belakang kapel, aku bukan saja mendapatkan pengalaman rohaniah yang nostalgik. Tapi juga suasana doa yang terasakan indah sekaligus dramatis.

Pendar cahaya pada lukisan kaca patri di dinding belakang altar itulah pembentuk suasananya. Kontras warna biru, hijau, kuning dan putih pada keseluruhan lukisan itu memberi efek dramatis, sekaligus magis. 

Lukisan kaca patri Roh Kudus dan Malaikat pada dinding altar belakang kapel (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi
Lukisan kaca patri Roh Kudus dan Malaikat pada dinding altar belakang kapel (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi

Komposisi lukisan kaca patri itu menampilkan profil burung merpati dikitari para malaikat Tuhan. Merpati itu turun menukik di atas Tabernakel, tempat semayam Tubuh Kristus dalan rupa hosti. 

Dalam Injil dikisahkan Roh Kudus turun di atas kepala Yesus dalam rupa burung merpati. Peristiwa itu terjadi setelah Yohanes membabtis Yesus dengan air di Sungai Yordan.

Detail lukisan kaca patri pada dinding belakang altar kapel (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)
Detail lukisan kaca patri pada dinding belakang altar kapel (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)

Dilihat secara keseluruhan, lukisan kaca patri itu memancarkan kecerahan dan kegembiraan. Ajaran iman Katolik meyakini Roh Kudus sebagai pribadi Ilahi. Dia adalah penolong dan penghibur bagi umat. Karena itu kedatangan-Nya selalu ditanggapi sebagai peristiwa gembira.

Bunda Teresa, Santa dari Kalkuta (Foto: Mathieu Polak/Kontributor/Getty Images/via history.com) 
Bunda Teresa, Santa dari Kalkuta (Foto: Mathieu Polak/Kontributor/Getty Images/via history.com) 

Detail wajah Bunda Teresa sebagai Veronika menurut tafsir ekspresionis dalam lukisan Pastor Philipus, OFM Cap (Foto Dokumen Pribadi)
Detail wajah Bunda Teresa sebagai Veronika menurut tafsir ekspresionis dalam lukisan Pastor Philipus, OFM Cap (Foto Dokumen Pribadi)

Bertemu Bunda Teresa. Santa dari Kalkuta

Aku mengalihkan padangan pada dinding kanan dan kiri kapel. Tampak tergantung di situ 14 lukisan -- akrilik di atas kertas -- tentang peristiwa-peristiwa penting dalam prosesi Jalan Salib Kristus. Masing-masing tujuh lukisan di kanan dan kiri.

Lukisan 14 peristiwa Jalan Salib Kristus pada dinding kapel atau gereja Katolik adalah kelaziman. Lukisan-lukisan itu adalah alat bantu pemusatan hati dan pikiran bagi umat saat menjalani ibadah Doa Jalan Salib. 

Doa Jalan Salib adalah pengenangan akan peristiwa-peristiwa sengsara Kristus,. Doa diawali dari peristiwa Yesus dihukum mati (oleh Pilatus), lalu memanggul salib ke Bukit Golgota, disalibkan, wafat, dan akhirnya dimakamkan (di dalam kubur batu).

Empat peristiwa pertama dalam prosesi kisah Jalan Salib (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)
Empat peristiwa pertama dalam prosesi kisah Jalan Salib (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)

Empat peristiwa terakhir dalam prosesi kisah Jalan Salib (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)
Empat peristiwa terakhir dalam prosesi kisah Jalan Salib (Lukisan oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)

Apa yang menjadi pembeda di kapel Seminari Siantar, 14 lukisan peristiwa Jalan Salib itu tampil dengan gaya ekspresionisme. Lukisan-lukisan itu memancarkan emosi subyektif yang kuat pada tiap peristiwa sengsara Kristus. Emosi pasrah, sedih, kasih, teguh, sakit, dan tulus tampil silih berganti dalam penggambaran yang sungguh dramatis.

Paling ikonik adalah lukisan peristiwa keenam, Veronika mengusap wajah Yesus dengan sehelai kain putih. Seusai mengusap, tampaklah citra wajah Yesus yang sarat derita tergambar pada kain itu.

Lukisan itu menjadi sangat ikonik karena, melalui tafsir ekspresionisme, Pastor Philipus menampilkan Veronika dalam sosok Bunda Teresa, Santa dari Kalkuta. Bunda Teresa (1910-1997), pendiri kongregasi suster-suster Missionaris Cinta Kasih, dikenal sebagai sosok welas asih, penolong dan penghibur mereka yang miskin dan menderita. 

Atas laku hidupnya yang welas asih menolong kaum miskiin dan menderita di Kalkuta, dia mendapatkan beatifikasi -- menjadi beata, orang yang berbahagia di surga -- tahun 2003 dari Paus Yohanes Paulus II. Lalu pada tahun 2016, oleh Paus Fransiskus, dikanonisasi menjadi santa, orang kudus.

Orang kudus adalah orang yang hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus. Artinya, sesuai makna Roh Kudus, dia telah membaktikan diri dan hidupnya sebagai penolong dan penghibur bagi umat manusia.

Patung ekspresionis Yesus Bangkit dan Bunda Maria menggendong Yesus Kanak-kanak di salah satu relung kapel (Patung oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)
Patung ekspresionis Yesus Bangkit dan Bunda Maria menggendong Yesus Kanak-kanak di salah satu relung kapel (Patung oleh Pastor Philipus, OFM Cap/Foto Dokumen Pribadi)

Dalam peristiwa Jalan Salib, Veronika telah tampil secara heroik --menerobos pengawalan serdadu Romawi -- untuk menolong dan menghibur Yesus yang menderita. Usapan kain putih pada wajah Yesus dengan demikian adalah peristiwa pertolongan dan penghiburan. Ada Roh Kudus yang hadir dan bekerja dalam diri Veronika.

Begitupun dalam diri Bunda Teresa. Ada Roh Kudus yang selalu hadir dan bekerja dalam dirinya. Dia menolong dan menghibur dengan tulus hati, penuh welas asih, orang-orang miskin yang menderita. Itu serupa pertolongan dan penghiburan Veronika kepada Yesus dalam penderitaan-Nya.

Matius Penginjil (25: 40) menulis, suatu ketika Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." 

Pertolongan dan penghiburan Bunda Teresa kepada orang miskin yang hina dan menderita, dengan demikian, adalah perbuatannya juga terhadap Yesus. Sama seperti perbuatan Veronika terhadap Yesus yang menderita.

Karena itu pelukisan Veronika sebagai Bunda Teresa dalam peristiwa penyekaan wajah Yesus adalah ekspresi subyektif yang bermakna sangat dalam. Itu adalah pertemuan Roh Kudus yang juga menjiiwai Bunda Teresa dengan Yesus. Karena itu penggambaran Veronika sebagai Bunda Teresa adalah ekspresi kehadiran dan kerja Roh Kudus.

Pertemuan Bunda Teresa dan Yesus di Jalan Salib dengan demikian bermakna pengingatan janji Yesus tentang kehadiran Roh Kudus sepanjang masa. Manusia modern dapat bertemu dengan-Nya dalam sosok dan hidup Bunda Teresa. 

Karena itu pertemuanku dengan Bunda Teresa dalam lukisan ekspresionis peristiwa Jalan Salib Kristus, pada sore itu di kapel Seminari Siantar, kuresapi sebagai pengingat akan janji Kristus, bahwa Roh Kudus akan selalu hadir di segala ruang dan sepanjang waktu.

Kapel Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar (Foto Dokumen Pribadi)
Kapel Seminari Menengah Christus Sacerdos Pematang Siantar (Foto Dokumen Pribadi)

Satu-satunya Kapel Berhias Karya Seni Ekspresionisme?

Setelah membuat tanda salib dengan air suci di pintu kapel, aku melangkah keluar dengan pemahaman baru tentang cara kehadiran dan kerja Roh Kudus. Lukisan ekspresionis Pastor Philipus telah mengajarkan kepadaku bahwa dalam terang Roh Kudus , Veronika dan Bunda Teresa adalah orang yang sama.

Sambil berjalan menuju aula seminari, tempat para seminaris menunggu untuk pendampingan literasi, aku membatin. Dalam hati aku mereka-reka, mungkin kapel ini satu-satunya kapel dengan disain interior yang berhiaskan karya senirupa ekspresionis di Indonesia.

Di kapel itu lukisan kaca patri Roh Kudus dan lukisan 14 peristiwa Jalan Salib Kristus adalah sebuah kesatuan ekspresi iman. Darinya pengalaman dan pemahaman imani baru dapat dicecap dan diresapi. 

Setelah 47 tahun berlalu, aku merasa terberkati datang dan berdoa lagi di kapel seminari itu. Sesuatu yang berada jauh di atas niatanku, tapi benar-benar terjadi.

Kukabarkan kisah kunjungan nostalgik ke kapel ini, supaya siapapun yang percaya akan Bapa, Putera, dan Roh Kudus, maka dia diundang masuk ke sana untuk mencecap pencerahan imani. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun