Tak dapat dipungkiri, sejak Pangururan ditetapkan menjadi ibukota Onderafdeling Samosir, dan kantor Controleur ditempatkan di tepi pantai kampung Tajur, bagian dari Kelurahan Pasar Pangururan sekarang, ekonomi kota kecil itu berkembang lebih cepat. Pembangunan Terusan Wilhelmina atau Tano Ponggol telah menjadikan Pangururan terbuka ke kawasan utara dan selatan danau. Bersamaan dengan itu toko-toko aneka keperluan mulai tumbuh di kota itu. Jalan-jalan juga diperbaiki. Onan Tajur berkembang sebagai pusat niaga baru, meredupkan pamor Onan Tiga Urat secara perlahan tapi pasti.Â
Pangururan mengalami perubahan yang terbilang revolusioner, dari parhutaan (kumpulan kampung) menjadi perkotaan kecil. Sepanjang masa penjajahan Belanda, dan sebenarnya hingga kini, Pangururan menjadi satu-satunya kota di Pulau Samosir.
Setelah Indonesia merdeka (1945) dan Kabupaten Tapanuli Utara terbentuk (1956), Pangururan menjadi kota kecamatan yang terpencil, jauh dari Tarutung sebagai ibukota kabupaten. Karena berada jauh di ujung utara wilayah kabupaten, kota Pangururan kurang mendapat sentuhan pembangunan. Barulah setelah Kabupaten Toba Samosir terbentuk (1999), dan terutama setelah berdirinya Kabupaten Samosir (2003), pembangunan kota Pangururan mulai menggeliat. Kota ini mengalami transformasi dari kota kecamatan menjadi ibukota kabupaten.Â
Perkembangan pesat terjadi dalam beberapa tahun terakhir, menyusul ditetapkannya Danau Toba sebagai Destinasi Pariwisata (Super) Prioritas, dan Pangururan ditargetkan menjadi Key Tourism Area Geologi. Sebagai area wisata Geologi, di bawah koordinasi Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Pangururan akan dikembangkan secara bertahap dalam 25 tahun ke depan (2020-2045).Â
Pembangunan Waterfront City Pangururan, secara bersamaan dengan Revitalisasi Terusan Tano Ponggol serta Pembangunan Jembatan Tano Ponggol, mwnjadi prioritas. Ketiga proyek itu -- secara keseluruhan membentuk waterfront city -- sudah selesai dan kini memberi wajah baru, wajah modern, di pintu masuk kota Pangururan baik dari darat maupun dari danau.
Dari darat, setelah turun dari ketinggian Tele, lalu menyusuri kaki Gunung Pusukbuhit, pengunjung akan disambut oleh Jembatan Tano Ponggol yang ikonik, melintang total 382 meter di atas Terusan Tano Ponggol yang dalam dan jembar.
Sementara dari danau, masuk dari Teluk Aeknatio di sisi barat kota, pengunjung akan disambut oleh jalur aneka spot wisata Waterfront City sepanjang 1.5 km. Dari tengah teluk, wajah kota Pangururan terlihat sangat modern, tak kalah dari Pulau Sentosa Singapura.
Wajah Ganda Kota
Waterfront City Pangururan itu, dengan jembatan dan jalur pantai yang ikonik itu, adalah wajah depan Pangururan yang serba modern. Ibarat sebuah koin, Waterfront City adalah sisi depan yang menampilkan wajah cantik gadis yang bersolek.