Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kopi Sigararutang: Dari Kaldera Toba Merengkuh Dunia

11 Maret 2024   19:09 Diperbarui: 13 Maret 2024   08:23 1783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang inang petani sedang memanen kopi Sigararutang (Foto: via harianfikiransumut.com)

Harga tinggi kopi Sigararutang itu menjadikannya seperti "emas hitam". Kategori filter roasted beans manual brew misalnya di lokapasar bisa dihargai Rp 160,000 per 250 gram. Secangkir kopi Sigararutang di gerai Starbuck kini Rp 38,000 (Americano).

Suatu ironi kemudian tampil ke permukaan. Humbahas itu penghasil kopi Sigararutang terbaik. Tapi kedai-kedai kopi kelas "rakyat" di tepi jalan di sana tak menjual kopi Sigararutang. Alasannya karena harganya terlalu mahal. Sulit menjual secangkir kopi Sigararutang dengan harga Rp 10,000 - 20,000. Pelanggan lebih memilih kopi olahan lokal, varietas acak, dengan harga Rp 3,000 per gelas.

Ada anekdot begini. Seorang petani kopi Sigararutang tak mau mengolah biji kopinya untuk diminum sendiri karena harganya terlalu mahal. Dia memilih untuk menjual biji kopi itu, kemudian mampir ke kedai memesan secangkir kopi asalan seharga Rp 3,000 per gelas. 

Jelas ada masalah di hilir pada rantai bisnis kopi Sigararutang. Sektor hilir masih dikuasai perusahaan besar domestik dan luar negeri. Akibatnya, walau harga biji kopi Sigararutang tinggi, sebenarnya pengusaha hilirlah yang menikmati margin tinggi. Mereka yang menetapkan standar mutu, jenis produk olahan, dan harganya. 

Gambarannya begini. Harga biji kopi kering di tingkat petani di Humbahas kini sekitar Ro 300,000 per kaleng (13.3 kg), atau Rp 22.500/kg. Di tangan pengusaha hilir kopi itu diolah lalu dijual dengan harga Rp 90,000 - 150,000 per 250 gram, atau Rp 600,000/kg untuk varian termahal. Harga yang diterima petani Humbahas hanya 3.75 persen dari harga itu untuk per kilogram.

Tentang ironi itu, bisa dikatakan kopi Sigararutang kini telah menjangkau pusat-pusat ekonomi dunia, tapi meninggalkan mayoritas warga Kaldera Toba dalam status periferalnya di lingkup ekonomi lokal. 

Ya, periferalitas, keterpinggiran. Frasa itu tepat menggambarkan Humbahas yang mampu menghasilkan biji kopi "kelas dunia", tapi tak mampu memastikan warganya bisa membeli secangkir kopi "kelas dunia" itu.

Atau cafe dan hotel di sana hanya bisa menyajikan secangkir kopi Sigararutang yang mahal itu bagi tamunya yang ingin mencecap kenikmatan kopi itu sambil menikmati keindahan danau kaldera. Tidak bagi warga lokal yang berdaulat atas tanah tempat tumbuh kopi itu.

Karena itu sebuah gugatan bolehlah disampaikan kepada Pemkab Humbahas. Tidakkah lebih manfaat untuk mengembangkan agroindustri kopi Sigararutang -- juga sebenarnya andaliman dan haminjon -- ketimbang mengurusi food estate Pollung yang kini cuma jadi bahan pollung, obrolan kosong itu?

Pemerintah kabupaten sudah mulai membenahi hulunya, yaitu standarisasi dan sertifikasi benih dan bibit kopi Sigararutang. Tengahnya, budidaya, juga sudah mulai dibenahi agar sesuai kaidah-kaidah praktek baik pertanian. Tinggal kini sektor hilirnya, pengolahan dan pemasaran, yang perlu dibenahi agar lebih memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat dan daerah setempat.

Bila program hilirisasi itu dilakukan, maka tak akan ada lagi senyum kecut dari seorang pelanggan kedai kopi di Humbahas, saat ditanya apakah secangkir kopi yang diseruputnya Sigararutang? [eFTe]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun