Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyigi Potensi Wisata Rohani di Kaldera Toba

2 Maret 2024   10:14 Diperbarui: 2 Maret 2024   14:49 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Yesus di puncak Bukit Sibea-bea, Harianboho, Samosir (Foto: MU/dok/BatakNesiaChanel)

Dolok Pusukbuhit, Samosir sejatinya adalah destinasi wisata rohani. Dolok, gunung itu adalah titik pusat kosmologi orang Batak. Di situ manusia pertama diturunkan Mulajadi Nabolon dari banua ginjang, khayangan ke banua tonga, bumi manusia.

Pusukbuhit itu adalah kiblat ritual asli bagi orang Batak. Ritual paling sakral di situ adalah mandudu, penyampaian doa permohonan dalam bahasa gondang di tengah malam kepada Mulajadi Nabolon, Pencipta Semesta. Lazimnya diikuti dengan mangalahat horbo, pengurbanan kerbau kepada Mulajadi Nabolon. 

Mandudu aslinya dilakukan oleh penganut agama asli Batak, Ugamo Malim sekarang ini. Tapi dalam kenyataannya tak sedikit penganut agama Katolik dan Protestan yang mengikutinya. Sebab secara tradisi mereka tak bisa lepas dari penghormatan kepada ompu sijolo tubu, leluhur orang Batak.

Sidihoni, sudut Samosir yang surgawi di punggung Pulau Samosir (Foto: Gambar layar instagram.com@teropongsamosir)
Sidihoni, sudut Samosir yang surgawi di punggung Pulau Samosir (Foto: Gambar layar instagram.com@teropongsamosir)

Ritual di Dolok Pusukbuhit itu sudah dijalankan jauh sebelum masuknya agama Protestan (1864) dan Katolik (1934) ke Tanah Batak. Pelaku atau pesertanya tidak sebatas orang Batak yang berdiam di kaki gunung, semisal dari Sianjurmula-mula, Harianboho, dan Pangururan. Tapi juga orang Batak dari parserahan, tanah rantau, yang masih mengakui dirinya turunan Siraja Batak. 

Kelak kehadiran orang Batak dari desa naualu, delapan penjuru angin, untuk mengikuti ritual di Pusukbuhit itu dimaknai sebagai wisata rohani. Fakta bahwa mereka telah menganut agama samawi, khususnya Protestan dan Katolik, bukanlah faktor penghalang. Sebab orang Batak tidak menabukan doa kepada Debata Sitolusada, Allah Tritunggal dengan perantaraan roh leluhur.

Kemudian hari berkembang pula aktivitas wisata rohani agama asli dan samawi. Parugamo Malim menjalankan ritual Sipahalima di Hutatinggi, Laguboti. Penganut agama Protestan -- HKBP, HKI, GKPI dan Gereja-Gereja Karismatik -- pergi berdoa ke Salib Kasih di Bukit Siatasbarita, Tarutung. Sekarang sedang dibangun pula Patung Kristus tertinggi di dunia -- untuk semua umat Kristiani -- di Bukit Sibea-bea, Harian, Kaldera Toba. Sementara umat Katolik membangun Gua Maria di Dolok Nagok, Palipi Samosir.

Itu semua potensi wisata rohani di lingkar dalam dan luar kawasan Kaldera Toba. Semua menarik untuk disigi. Tapi di sini hanya disorot potensi wisata rohani di lingkar dalam yaitu Pulau Samosir dan kawasan dinding kaldera itu.

Upacara ritual
Upacara ritual "mangalahat horbo", kelanjutan dari ritual "mandudu" dalam suatu komunitas Batak Toba (Foto: facebook.com@Martin Ferdinand Lumbantobing)

Mandudu dan Mangalahat Horbo

Sebenarnya wisata rohani agama asli ke Dolok Pusukbuhit tak melulu mandudu. Ada juga bentuk lain, lazim dilakukan secara individu. Semisal berdoa di Batu Hobon atau di Batu Sawan, dua tempat yang dikeramatkan di Pusukbuhit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun