Setiap pengunjung ke Bukit Beta pasti akan memotret pohon yang tumbuh sendiri di puncak Bukit Beta itu. Entah sebagai latar belakang orang berpose atau memotretnya dalam kesendiriannya.
Pohon itu telah menjadi tetenger bukit. Jangan mengaku pernah pergi ke sana kalau kamu dan pohon itu tak berada dalam satu frame foto.
Sayangnya, tak ada informasi tentang jenis pohon tersebut. Warga setempat, Tuktuk, rupanya tak pernah memberitahu pengunjung jenis pohon kesepian itu. Mungkin karena tak ada juga wisatawan yang menanyakannya.
Saya sendiri juga tak tahu jenisnya. Pernah dua kali ke Tuktuk, Samosir pertengahan 1990-an. Tapi tak mampir ke Bukit Beta. Waktu itu bukit tersebut belum nge-hits. Jadi belum pernah naik ke sana melihat langsung pohon itu. Hanya siliweran saja di jalanan Tomok-Tuktuk-Ambarita.
Foto-foto yang banyak tersedia di internet juga tak menyajikan detail pohon itu secara jelas. Semisal bentuk daunnya tak begitu jelas sehingga sulit bagiku menduga jenis pohon tersebut.Â
Karena tak tahu jenis pohonnya, para pengunjung Bukit Beta kemudian secara kreatif menjulukinya "Pohon Jomlo". Â Pohon nahapuloan, kesepian. Â Posturnya yang merunduk seakan mengabarkan penantian jodoh yang tak kunjung datang sampai badan bungkuk.Â
Bungkuknya cenderung ke arah barat, bukan ke timur. Seolah pohon itu mau mengatakan tiada harapan lagi dari fajar esok pagi. Karena itu aku hendak pergi ke ufuk barat, terbenam bersama mentari.
Amang tahe, dangol na i parniahapanmi ale hau na hapuloan -- Duhai, betapa pedih deritamu oh pohon jomlo.
Sesungguhnya keberadaan Pohon Jomlo di Bukit Beta itu sebuah paradoks. Di satu sisi dia sangat terkenal, fotonya tersebar luas di dunia maya. Coba ketik "bukit beta" di mesin peramban, pilih gambar, maka foto-fotonyanya akan memenuhi layar.