Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Boru Sibasopaet, Akar Darah Majapahit dalam Masyarakat Batak?

14 Februari 2024   11:47 Diperbarui: 15 Februari 2024   14:33 2990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dolok Tolong Balige, tempat pertemuan Tuan Sorbadibanua dan Boru Sibasopaet atau Putri Majapahit tahun 1350-an? (Foto: tobaria.com)

Konon prajurit Majapahit itu pula yang memasukkan warna ajaran Hinduisme pada religi asli Batak. Religi itu dikenal sebagai Agama Siraja Batak, yaitu kepercayaan pada Dewata Agung Mulajadi Nabolon yang mengejawantah dalam tiga sosok (trimurti) yaitu Batara Guru (semacam Brahma), Debata Sori (semacam Wisnu), dan Mangala Bulan (semacam Siwa).

Tapi benarkah demikian?

Ilustrasi AI tentang profil armada laut Kerajaan Majapahit, antara lain ditempatkan di Sumatra (Foto: via sindonews.com)
Ilustrasi AI tentang profil armada laut Kerajaan Majapahit, antara lain ditempatkan di Sumatra (Foto: via sindonews.com)

Hipotesis Perkawinan Politis Batak dan Majapahit

Untuk menjawab pertanyaan di atas, harus dipastikan lebih dulu apakah Tuan Sorbadibanua hidup di era Majapahit. Tadi sudah diperkirakan Sorbadibanua hidup sekitar tahun 1300-1400. Era Majapahit adalah tahun 1293-1527. Berarti -- secara hipotesis -- Sorbadibanua hidup dalam era Majapahit.

Selanjutnya harus dicari satu masa yang memungkinkan Sorbadibanua bertemu dengan prajurit Majapahit. Masa yang paling memungkinkan adalah pada periode implementasi "Sumpah Palapa", yaitu penaklukan kerajaan-kerajaan di pulau Simatera dan semenanjung Malaya oleh Majapahit. Itu berarti pada era Mahapatih Gajahmada (1334-1364), pencetus "Sumpah Palapa" (1336).

Mahapatih Gajahmada bersumpah:

"Jika sudah takluk Nusantara, [maka] aku amukti palapa. Jika [sudah] takluk Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah aku amukti palapa".

Berdasar sumpah itu, maka penaklukan kerajaan-kerajaan Palembang (Sriwijaya), Tumasik (Singapura), dan Haru (Karo, mencakup Deli dan pantai timur hingga Mandailing) dilakukan setelah tahun 1336. Itu berlangsung dalam periode pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350) dan Hayam Wuruk (1350-1389)

Dalam rangka penaklukan Tumasik dan Haru prajurit Majapahit berlayar ke Selat Malaka di atas tahun 1336. Karena Sorbadibanua diperkirakan hidup tahun 1300-1375, maka dari segi waktu memang dimungkinkan adanya pertemuan dengan prajurit Majapahit.

Kitab Negarakertagama yang ditulis sekitar tahun 1365 sementara itu telah mencatat Tumasik dan Mandailing, bagian dari Kerajaan Haru, sebagai taklukan Majapahit. Jadi kalau benar Sorbadibanua bertemu dengan Putri Majapahit dan prajurit Majapahit, maka peristiwa itu mestinya terjadi antara tahun 1336-1365.

Karena dikisahkan Sorbadibanua bertemu dan menikahi Boru Sibasopaet atau Putri Majapahit pada usia tua, asumsikan umur 50-an tahun, maka kemungkinan pertemuan itu terjadi dalam tahun 1350-1365.

Pertanyaannya, prajurit Majapahit dari mana yang datang ke Dolok Tolong, Kaldera Toba dan untuk keperluan apa? Apakah benar mereka prajurit yang kalah dalam pertempuran di Selat Malaka ataukah prajurit yang telah menaklukkan Mandailing, bagian Kerajaan Haru?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun