Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pulau Sibandang, Potensi Wisata Ekologi Manusia Batak di Kaldera Toba

29 Desember 2023   15:39 Diperbarui: 1 Januari 2024   08:59 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Sibandang (dalam lingkaran putih) di mulut teluk (Sumber: Tangkapan layar Google Map)

Pulau ini aslinya adalah kubah lava dasit, batuan beku berbutir halus, yang terbentuk 46.000 tahun lalu, atau 28.000 tahun setelah letusan Gunung Toba 74.000 tahun lalu. 

Letusan terakhir dan terdahsyat itu terjadi tepat di kaldera Sibandang, di area Tao Muara, area danau antara Sibandang/Muara di selatan dan Nainggolan di ujung selatan Samosir.

Karena berupa kubah lava, maka Pulau Sibandang jadinya berbentuk gunung seperti halnya Pusukbuhit di sisi barat danau dan Sipiso-piso di sisi utara. Topografi gunung itu membuat pulau ini tak punya lembah datar yang dapat diolah menjadi sawah. Juga, karena ukurannya kecil, tak ada sungai untuk sumber pengairan di sana. 

Tersebab kemiringan lereng yang tinggi, warga Sibandang memilih membangun pemukiman di sepanjang garis pantai. Di situ terdapat ceruk-ceruk landai yang bisa dimanfaatkan sebagai lokasi pemukiman. 

Demikianlah terbentuk tiga area pemukiman di Sibandang. Jika dilihat dari udara, Sibandang itu seperti ikan pari manta yang sedang berenang ke selatan. Bagian ekornya (utara) adalah Desa Sampuran; belahan kiri badannya (timur) adalah Desa Sibandang; belahan kanan badannya (barat) adalah Desa Papande.

Peninggalan sejarah ruma bolon, istana Raja Sibandang Ompu Raja Hutsa Rajagukguk dan penerusnya. (Foto: Kompas.com/Gabriella Wijaya)
Peninggalan sejarah ruma bolon, istana Raja Sibandang Ompu Raja Hutsa Rajagukguk dan penerusnya. (Foto: Kompas.com/Gabriella Wijaya)

Genealogi dan Demografi Sibandang

Menurut tarombo dan turi-turian, tambo dan hikayat Batak, penghuni pertama Sibandang adalah Simatupang dan Aritonang. Keduanya putra Siraja Lontung dan istrinya Siboru Pareme -- sebenarnya ibundanya sendiri.

Dikisahkan Siraja Lontung, generasi keempat orang Batak, berputra tujuh orang. Anak sulung Situmorang, lalu Sinaga, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, dan si bungsu Siregar. 

Semula mereka berdiam di lembah Sabulan, sebelah utara Sibandang. Tapi suatu bencana banjir bandang meluluh-lantakkan Sabulan. Karena itu keluarga Simatupang dan Aritonang pindah ke Sibandang. Sementara yang lainnya ke Samosir.

Suatu sengketa pertanahan kemudian memisahkan pemukiman Simatupang dan Aritonang. Simatupang menguasai lembah subur Muara. Sedangkan Aritonang menguasai Sibandang dan perbukitan di sebelah timur lembah Muara. 

Sengketa itu juga menyebabkan Aritonang mengundang adiknya Siregar dari Sigail Aeknalas, Samosir untuk tinggal di Sibandang. Itulah asal-usulnya sehingga Sibandang dihuni marga raja Aritonang dan Siregar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun