Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Setan Merah, Perusak Ekologi Manusia Kaldera Toba

21 Desember 2023   15:18 Diperbarui: 25 Desember 2023   01:54 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikan Red Devils merupakan predator air tawar. Sumber: Shutterstock/Alexander Sitnikov via Kompas.com

Ikan setan merah, pendatang haram, kini kesetanan memangsa ikan-ikan endemik di danau Kaldera Toba.

Kehadiran ikan setan merah (red devil) di perairan Kaldera Toba hingga kini masih misteri. Belum diketahui secara pasti sejak kapan ikan buas yang invasif itu masuk ke sana. Tiba-tiba saja para nelayan menemukannya di jaring, jala, atau bubu mereka.

Juga belum diketahui bagaimana cara masuknya. Apakah ikan itu lepas dari akuarium pecinta ikan hias? Atau mungkin benihnya tercampur pada benih ikan mas yang ditabur dermawan? Atau ulah dungu manusia yang tak bertanggungjawab melepasnya di sana?

Satu hal yang jelas para partoba, nelayan tangkap danau Kaldera Toba, kini diliputi keresahan. Pasalnya ikan setan merah (Amphilophus labiatus) itu memangsa anakan dan telur ikan endemik, khususnya ihan Batak (Neolissochilus thienemanni), ikan jurung (Neolissochilus sumatranus)  ikan mas (Cyprinus carpio), mujair (Oreochromis mossambicus), pora-pora (Puntius binotatus), dan tiri-tiri (Stolephorus spp). Akibatnya jumlah tangkapan nelayan merosot akhir-akhir ini. Dan itu artinya kesulitan ekonomi.

Kehadiran setan merah di perairan danau Kaldera Toba kini jelas menjadi ancaman ekologis. Secara spesifik, setan merah itu merusak keaneka-ragaman hayati perairan dan keseimbangan ekologi manusia kaldera. Penting diupayakan solusi kongkrit untuk mengatasinya.

Sosok ikan setan merah danau Kaldera Toba (Sumber: Tangkapan layar kanal YouTube Spearfishing Danau Toba)
Sosok ikan setan merah danau Kaldera Toba (Sumber: Tangkapan layar kanal YouTube Spearfishing Danau Toba)

Setan Merah, Predator Invasif

Setan merah itu ikan endemik Danau Managua dan Danau Nikaragua di negara Nikaragua. Ikan ini masuk ke Indonesia tahun 1990-an via Malaysia dan Singapura dengan status ikan hias akuarium. Sekelas dengan ikan louhan dan oscar.

Sejak tahun 1990-an itu juga, setan merah dilepas ke sejumlah danau dan waduk di Jawa, Sulawesi, dan Papua. Ikan itu, dengan tingkat pembiakannya yang tinggi, segera menjadi penguasa perairan danau dan waduk. Semisal di Waduk Cirata (Purwakarta), Waduk Sermo (Kulonprogo), Waduk Wonorejo (Tulungagung), dan Waduk Karangkates (Malang).

Di bendungan Karangkates misalnya, bibit ikan setan itu ditebar resmi oleh Harmoko (Menteri Penerangan era Soeharto). Karena itu warga setempat menyebutnya "ikan harmoko".

Setan merah itu predator invasif. Dia jenis ikan omnivora, pelahap hewan air lain dan tumbuhan air. Sebagai predator dia agresif menyerang dan memangsa ikan dan hewan air lain yang ukurannya lebih kecil. Juga menggasak telur ikan-ikan lain. 

Gerombolan ikan setan merah di perairan danau Kaldera Toba (Sumber: Tangkapan layar kanal YouTube Spearfishing Danau Toba)
Gerombolan ikan setan merah di perairan danau Kaldera Toba (Sumber: Tangkapan layar kanal YouTube Spearfishing Danau Toba)

Sifat predatori setan merah itu semakin menakutkan karena ikan itu berkembang biak dengan cepat. Hal itu bisa membuatnya menginvasi suatu perairan dengan cepat pula. Sebuah studi tahun 2015 memperkirakan populasi setan merah di waduk-waduk dan danau-danau terinvasi di Indonesia bisa mencapai 40-60 persen. [1] Di waduk Sermo, Kulonprogo populasi ikan setan itu ditaksir mencapai 80 persen dari total ikan di sana. [2]

Di mana setan merah berada, di situ dia menginvasi ruang perairan dan memangsa ikan-ikan endemik dan lainnya. Lalu menjadi semacam "penguasa tunggal" di situ.

Pendek kata, ikan setan merah selalu dan pasti merusak keseimbangan ekosistem. Atau secara khusus, dia  merusak ekologi manusia -- interaksi saling-menghidupi antara manusia dan lingkungannya -- dengan cara menghilangkan keanekaragaman hayati di perairan.

Invasi setan merah itu merusak sumber hidup warga lingkar perairan, khususnya nelayan tangkap, karena sifat predatorinya cenderung memusnahkan ikan-ikan endemik bernilai ekonomi tinggi. 

Nilai ekonomi setan merah sendiri sangat rendah. Warga enggan mengkonsumsi ikan itu karena, selain rasanya kurang enak, proporsi bagian tubuhnya yang layak dimakan juga kecil.

Mengingat sifat predatori, agresif, dan invasifnya, setan merah telah ditetapkan pemerintah sebagai ikan terlarang di Indonesia. (Lihat: Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 41/PERMEN Kp/2014.) Artinya jika ada setan merah masuk perairan daratan Indonesia setelah tahun 2014, maka bisa dipastikan dia pendatang haram.

Tangkapan ikan setan merah di danau Kaldera Toba (Sumber: Tangkapan layar kanal YouTube Spearfishing Danau Toba)
Tangkapan ikan setan merah di danau Kaldera Toba (Sumber: Tangkapan layar kanal YouTube Spearfishing Danau Toba)

Perang Melawan Setan Merah

Danau Kaldera Toba adalah perairan yang baru saja diinvasi setan merah. Keberadaan ikan predator itu ditemukan para nelayan pada awal 2022 lalu di perairan antara Parapat dan Haranggaol. 

Penemuan setan merah itu menimbulkan kehebohan. Sebab tak ada yang tahu siapa yang menebar bibit ikan itu di danau. Juga, bersamaan dengan kehadirannya, hasil tangkapan para nelayan danau semakin merosot. 

Para nelayan tangkap di danau Kaldera Toba mengeluh, resah. Mereka diberitahu setan merah itu telah memangsa telur dan anakan ikan-ikan endemik danau Kaldera Toba. Ikan itu predator, hama yang mengancam keberadaan ikan endemik. Dan itu berarti ancaman untuk ekonomi keluarga nelayan tersebut.

Lebih parah lagi, invasi setan merah itu mengancam salah satu (dari tiga) pilar Geopark Kaldera Toba (GKG), yaitu keanekaragaman hayati khususnya di perairan kaldera. Invasi setan merah bisa memusnahkan jenis-jenis ikan endemik seperti ihan Batak, ikan jurung,  ikan mas, mujair, pora-pora, sepat, dan tiri-tiri. Jika hal itu terjadi, berarti kegagalan bagi Badan Pengelola GKT (BPGKT) dalam konservasi keaneka-ragaman hayati perairan.

Silahkan mengutuki manusia-manusia bodoh yang telah menebar setan merah di danau Kaldera Toba. Tapi jangan lupa untuk bertindak cepat melakukan langkah-langkah mitigasi risiko kerusakan ekologi kaldera akibat invasi setan merah itu.

Pada tingkat kebijakan, ada tiga kebijakan pokok yang dapat diambil Pemda (Gubernur) Sumatera Utara.

Pertama, moratorium penebaran jenis ikan baru (introduksi) ke dalam perairan danau Kaldera Toba.

Kedua, penetapan BPGKT sebagai institusi penanggungjawab konservasi keanekaragaman hayati di perairan danau Kaldera Toba.

Ketiga, eradikasi terpadu ikan setan merah di perairan danau Kaldera Toba dengan melibatkan 7 kabupaten lingkar kaldera.

Pada tingkat program, BPGKT secara koordinatif dengan Dinas Perikanan propinsi dan kabupaten dapat menginisiasi program-program berikut bersama masyarakat kaldera dan lembaga terkait.

Pertama, pengembangan industri pangan dan pakan berbahan baku ikan setan merah. Ikan setan merah dapat diolah menjadi keripik ikan dan abon ikan. Juga dapat diolah menjadi pakan ikan, unggas, dan babi.

Kedua, penangkaran dan penebaran bibit ikan endemik di danau Kaldera Toba untuk menaikkan kembali populasinya di perairan.

Ketiga, lomba tangkap ikan setan merah antar kelompok desa di lingkar Kaldera Toba untuk pengurangan populasi secara masif.

Keempat, riset untuk menemukan musuh alami yang mampu membasmi ikan setan merah. Di Australia misalnya, untuk membasmi ikan mas yang telah menjadi hama di sana, sedang diuji-cobakan penggunaaan virus herpes Cyprinid herpesvirus-3. [3] Untuk riset ini, BPGKT dapat bekerjasama dengan BRIN.

Bagaimanapun, perang melawan setan merah harus segera dimaklumatkan di Kaldera Toba. Perlu gerak terpadu antar berbagai stakeholder, di bawah koordinasi BPGKT. Juga ketersediaan dana, tentu saja. 

Jika tidak demikian, maka kerusakan ekologi perairan Kaldera Toba, dan ekonomi komunitas nelayan danau, sudah jelas di depan mata. Sejelas gerombolan setan merah yang tampak meraja-lela di dalam air danau. Mengerikan.  (eFTe)

Catatan Kaki:

[1] C. Umar, E. Kartamiharja dan Aisyah, "Dampak Invasif Ikan Red Devil (Amphilophus citrinellus) terhadap Keanekaragaman Ikan di Perairan Umum Daratan di Ibdonesia", Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia 7(1):55, Mei 2015.

[2] L.M. Aufaa, "Ikan Invasif (Red Devil)/ Amphilophus labiatus) yang Nendominasi Waduk Sermo",  dkp.kulonprogo.go.id (8/7/2022)

[3] Ronny R. Noor, "Ketika Ikan Mas Menjadi Hama di Australia", kompasiana.com, 23/3/2021.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun