Tiba-tiba saja seorang lelaki rupawan muncul, melangkah pasti mendekatinya. Itulah Raja Odap-odap dalam rupa eloknya, jodoh yang ditinggal lari olehnya. Diam-diam Mulajadi Nabolon telah menyeludupkannya di antara benih tumbuhan dan bibit hewan yang dulu diminta Deakparujar.
Jodoh tak bisa ditampik, cinta tak bisa diingkari. Mulajadi Nabolon lalu memberkati perkawinan Boru Deakparujar dan Raja Odap-odap di puncak Pusukbuhit.
Pasangan dewa-dewi, Odap-odap dan Deakparujar, itulah cikal-bakal manusia Batak. Mereka berdiam di kaki Gunung Pusukbuhit, di sebuah lembah subur yang kelak dikenal sebagai Sianjurmula-mula.Â
Pusukbuhit sementara itu disucikan sebagai loka komunikasi dengan Mulajadi Nabolon di Banua Ginjang. Jika Pasangan Odap-odap dan Deakparujar ingin menyampaikan sesuatu kepada Mulajadi Nabolon, atau sebaliknya, maka titik pertemuannya adalah puncak Pusukbuhit. Ke puncak itu Manuk-manuk Hulambujati, utusan Mulajadi Nabolon dalam sosok dewa bersayap, akan turun sebagai perantara komunikasi.
Dikisahkan pasangan Odap-odap dan Deakparujar melahirkan anak kembar beda kelamin, Raja Ihatmanisia dan Boru Itammanisia. Setelah dewasa, kedua anak itu dinikahkan, dan Raja Odap-odap serta Boru Deakparujar kembali ke Banua Ginjang.Â
Selanjutnya adalah riwayat genealogis Siraja Batak. Pasangan Ihatamanisia-Itammanisia melahirkan Raja Miok-miok (lalu Patundalnibegu dan Ajilampas-lampas). Raja Miok-miok dan istrinya (n.n) berputrakan Engbanua. Engbanua dan istrinya (n.n) melahirkan Raja Bonang-bonang (juga Raja Aceh dan Raja Jau). Raja Bonang-bonang dan istrinya (n.n) beranakkan Raja Tantandebata. Raja Tantandebata dan istrinya (n.n) melahirkan Siraja Batak.Â
Demikianlah silsilah mitologis kelahiran leluhur manusia Batak. Secara genealogis, Siraja Batak itu  diakui sebagai orang Batak pertama.
Tetap bermukim di Sianjurmula-mula, Siraja Batak dan istrinya (n.n) berputrakan Tateabulan dan Isumbaon. Dua putra inilah cikal-bakal dua kelompok marga-marga Batak yang ada sekarang.Â
Tateabulan dan istrinya Siboru Basoburning menurunkan kelompok marga-marga Bulan. Kelompok ini terdiri dari sub-kelompok Naimarata (Limbong, Sagala, Malau, Borbor) dan sub-kelompok Lontung (Situmorang, Sinaga, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, Siregar).
Sementara itu Isumbaon dan istrinya Siboru Bidinglaut menurunkan kelompok marga-marga Sumba lewat anaknya Sorimangaraja. Kelompok Sumba ini terdiri dari tiga sub-kelompok -- mengikut tiga istri Sorimangaraja -- yaitu Nai Ambaton (Sorba Dijulu), Nai Rasaon (Sorba Dijae), dan Nai Suanon (Sorba Dibanua).
Pusukbuhit tetaplah gunung suci, kiblat dua kelompok marga Batak itu. Komunikasi dengan Mulajadi Nabolon dan leluhur Batak, dari Boru Deakparujar sampai Tateabulan dan Isumbaon, dilakukan di puncak gunung itu.Â