Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kaldera Toba Menanti Kiprah Arkeolog

29 November 2023   17:41 Diperbarui: 30 November 2023   01:41 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profil orang Batak di depan gerbang tembok batu sebuah kampung tua di Tipang, Baktiraja, Kaldera Toba (Foto: tobacalderageopark.org)

Dalam kerangka ekologi manusia, Kaldera Toba itu -- kini menjadi Geopark Global UNESCO -- adalah interaksi koevolutif antara pilar-pilar keanekaragaman geologis, biologis, dan budaya komunitas setempat.  

Dalam interaksi koevolutif, berubah bersama, itu budaya tampil memimpin di depan.  Dialah yang membentuk tipe ekologi budaya, yaitu dengan cara bagaimana potensi keragaman ekologis dan biologis dikelola untuk kemaslahatan komunitas.  

Ekologi budaya Kaldera Toba itu, sebagaimana bisa disaksikan sekarang, adalah sawah berpengairan.  Jelas inti budaya Batak di sana adalah pertanian padi sawah. 

Dalam konteks ekologi budaya sawah itu, manusia Batak di Kaldera Toba menciptakan dan menggunakan ragam perlengkapan dan bangunan pendukung kegiatan hidup. Semisal  perlengkapan kegiatan pertanian, kuliner, religi, kesehatan, perang, dan adat. Serta bangunan-bangunan pemukiman, religi, dan kematian. 

Perlengkapan dan bangunan itu, bersama dengan kerangka atau sisa mahluk hidup, adalah artefak arkeologis.  Riset arkeologis akan menentukan umur dan kegunaan suatu perlengkapan dan bangunan di masa lalu. Itu menjadi dasar untuk merekonstruksi kehidupan sekelompok manusia  dahulu kala, pada era prasejarah ataupun sejarah.

Untuk rekonstruksi semacam itulah kehadiran para periset arkeologi sangat diharapkan di Kaldera Toba. Mereka diharapkan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang peri kehidupan generasi-generasi awal orang Batak di sana. Sekaligus membuat terang asal usul etnis tersebut.

Kerja arkeolog di Kaldera Toba sejauh ini terutama baru mengungkap artefak-artefak yang ada di permukaan tanah.  Seperti sarkofagus,  meja-kursi batu persidangan, lumpang batu, tembok batu kampung, punden batu berundak, batu upacara religi, dan rumah adat tua. Artefak-artefak itu kini dijadikan obyek wisata budaya.

Satu hal yang menarik sebenarnya adalah temuan artefak batu di Kaldera Toba. Sarkofagus, meja-kursi batu persidangan, tembok batu, punden batu, dan batu upacara religi itu disebut sebagai tinggalan era megalitikum, zaman batu besar.  Entah itu dari era megalitikum tua (2500-1500 SM) atau, katakanlah, dari era megalitikum muda (1000-500 SM).

Hal itu menimbulkan pertanyaan, apakah etnis Batak pertama sudah mendiami Kaldera Toba sekurangnya pada tahun 500 SM?  Itu berarti bahwa orang Batak sudah ada sekurangnya sejak 2,500-an tahun yang lalu. Jauh sebelum Yesus Kristus lahir ke dunia.

Sementara itu berdasar hitungan mundur generasi, diperkirakan leluhur pertama orang Batak itu baru hadir di Kaldera Toba sekitar abad ke-13, atau sekitar satu milenium yang lalu. Pertanyaannya, bagaimana jalan ceritanya sehingga manusi tahun 1200-an masih menggunakan peralatan dari era megalitikum (2500-500 SM)?

Barangkali suatu hipotesis dapat dibuat. Leluhur orang Batak itu berasal dari satu komunitas era megalitikum.  Mereka membawa serta teknologi batu itu sebagai bagian dari cara hidup di Kaldera Toba.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun