Bukan penari tapi suka menari di depan massa. Itu kesukaan Pak Prabowo Subianto, capres RI tahun 2014, 2019, dan 2024.Â
Karena itu pantaslah jika Pak Prabowo dijuluki The Dancing General. Â Sebab bukankan dia seorang letnan jenderal (purnawirawan) yang gemar menari? Itu sesuai fakta empiris.
Saya tak tahu persis sejak kapan Pak Prabowo suka menari, tepatnya joged, di panggung prakampanye atau kampanye. Tapi sekurangnya pada masa Pilpres 2019 dia sudah menari.
Tahun 2019 itu dalam suatu sesi debat capres-cawapres, Pak Prabowo menari karena belum diperbolehkan moderator untuk menjawab pertanyaan Pak Jokowi (tentang mantan napi koruptor menjadi caleg). Pak Sandiaga, cawapres waktu itu, harus memijit-mijit bahu Pak Prabowo untuk menenangkan.
Terbaru tahun 2023 ini, seusai pidato dalam acara undian nomor urut capres-cawapres Pilpres 2024 di KPU (14/11/2023), Pak Prabowo juga menari di panggung. Mas Gibran, cawapres, tergerak juga ikut menari, untuk pertama kalinya. Memang begitu rumusnya, cawapres katut tarian capres.
Di antara dua peristiwa itu, dan bahkan setelahnya, aksi menari di depan atau tengah massa pendukung sering juga dipertunjukkan Pak Prabowo. Silahkan periksa di pemberitaan medol dan medsos, antara lain YouTube dan TikTok.
Boleh dibilang Pak Prabowo menari itu telah menjadi fenomena. Karena bukan terjadi sekali dua kali. Tapi sering kali, sehingga sudah menjadi kebiasaan, suatu jenama baginya.
Mengapa Pak Prabowo menari? Motif subyektif tindakan sosial menari itu telah diungkapnya dalam acara Ultah ke-13 Mata Najwa (19/11/2023) baru-baru ini. Katanya itu caranya mengekspresikan rasa gembira. Meniru secara bawah sadar dari cara kakeknya, Margono Djojohadikoesoemo dan ayahnya, Soemitro Djojohadikoesoemo mengekpresikan rasa gembira.
Dalam budaya Batak Toba, menari itu adalah bahasa simbolik tertinggi. Melampaui bahasa lisan, tulisan, piktorial, dan gestural lainnya. Jika sesuatu tak terkatakan, maka baiklah jika ditortorhon, ditarikan. Begitu nasihat leluhur Batak.
Tortor, diiring gondang, adalah bahasa ungkap tertinggi orang Batak dengan sesama dan Tuhannya. Kepada sesama tortor adalah pernyataan rasa hormat (kepada hula-hula, pemberi istri), kasih (kepada boru, penerima istri), dan sabar (kepada dongan tubu, saudara sedarah).