Paling jelas adalah batuan dasar yang tersingkap di dinding air terjun Sopisopiso, Geosite Tongging-Sipisopiso. Itu adalah batuan dasar asli Gondwana yang tersingkap saat badan Gunung Toba amblas ke dasar kaldera saat letusan 74,000 tahun lalu. Batuan serupa di tepi jalan turun menuju Tongging menunjukkan adanya fragmen batuan gletser (endapan es) asli Gondwana yang terbentuk di kutub selatan.
Batuan dasar yang lebih muda, batu gamping, dari era Mesozoikum (250 - 65 juta tahun lalu) bisa dilihat di situs "Batu Gantung", Geosite Parapat-Sibaganding. Tebing batu tempat "batu gantung" itu menempel adalah batuan dasar yang tersingkap saat terjadinya letusan Kaldera Porsea 840,000 tahun lalu.Â
"Batu gantung" itu sendiri, yang dilegendakan sebagai gadis yang membatu, adalah gamping yang mengalami karstifikasi -- menjadi batuan karst akibat terendam air dalam waktu lama. Karstifikasi serupa juga telah menghasilkan Liang Sipege, sebuah gua karst di Balige, sektor selatan kaldera.
Begitulah batuan dasar yang tersingkap pada dinding Kaldera Toba berkisah tentang sejarah bumi, sejak era Superbenua Gondwana sampai munculnya anak benua India, khususnya Sumatra sebagai salah satu fragmennya.
Batuan ignimbritÂ
Ignimbrit adalah batuan vulkanik, muntahan piroklastik atau material bumi. Batuan ini umumnya adalah pecahan batu apung yang menyatu (welded) dengan material lain yang ada dalam aliran piroklastik dari perut bumi.Â
Batuan ignimbrit di Kaldera Toba umumnya adalah hasil letusan Kaldera Porsea Gunung Toba 840,000 tahun lalu. Karena itu banyak ditemukan di blok Uluan, antara Parapat dan Porsea. Salah satu yang tampak jelas adalah batuan ignimbrit di komplek Hotel Patrayasa, Sibaganding.
Tapi letusan mahadahsyat 74,000 tahun lalu juga meninggalkan jejaknya berupa ignimbrit. Batuan itu bisa disaksikan pada tebing di sisi jalan, jika berkendara turun dari Silangit ke Muara.