Batu atau batuan di Kaldera Toba, baik yang tersingkap maupun yang terpendam, adalah wujud keragaman geologis. Batu-batu itu adalah kekayaan bumi pertama yang dihasilkan dari empat peristiwa letusan Gunung Toba ribuan tahun lalu.
Hasil riset geologis mengungkap bahwa batu-batuan itu ternyata berkisah tentang empat kejadian letusan Gunung Toba. Pada singkapan batuan itu para geolog dan volkanolog menemukan informasi riwayat Kaldera Toba. [1, 2]
Terdapat tiga kategori batuan yang tersingkap di Kaldera Toba. Ketiganya berkisah tentang proses pembentukan Kaldera Toba.
Batuan dasar
Batuan dasar adalah pembentuk utama Pulau Sumatera termasuk Dataran Tinggi Toba di dalamnya.Â
Dari sejarah bumi, atau geologi, diketahui bahwa daratan Sumatera itu adalah bagian dari Superbenua Gondwana (100,000,000 km2). Gondwana adalah kerak bumi belahan selatan yang terbentuk oleh tabrakan antar berbagai lempeng bumi sekitar 800-650 juta tahun lalu. Â Diperkirakan benua ini eksis dalam periode Palaezoikum (550-250 juta tahun lalu).Â
Akibat pergeseran dan tabrakan lempeng-lempeng bumi di era Mesozoikum atau Jurasik (250-60 juta tahun lalu), Gondwana kemudian pecah berkeping-keping seperti rupa bumi yang tampak sekarang. Â Dua pertiga wilayah benua saat ini, termasuk Amerika Selatan, Afrika, Antartika, Australia, anak benua India dan Arab adalah serpihan Gondwana.
Sumatra itu secara geologis dihitung sebagai bagian dari anak benua India. Jadi jelas Sumatra adalah serpihan kecil Gondwana, termasuk  bentang alam  yang 74,000 tahun lalu menjadi Kaldera Toba.
Batuan yang tersingkap di di dinding kaldera berkisah tentang itu. Jika kita berkunjung ke Geosite Taman Eden di Lumbanrang, blok Uluan, maka di situ ada air terjun setinggi 15 meter. Batu yang tersingkap di balik air terjun itu adalah batuan dasar asli Gondwana dari zaman Palaezoikum. Dia tersingkap saat badan Gunung Toba ambruk ke dasar kaldera saat letusan Kaldera Sibandang 74,000 tahun lalu.Â