Waktu itu aku memacu Binter dari Unir IX ke Unit II. Â Hari sudah sore. Â Perut terasa lapar. Aku membayangkan seporsi tongseng kambing di sebuah warung makan di Pasar Unit II. Ah, sedapnya.
Sreet brak!
Binter yang kutunggangi tiba-tiba saja tergelincir lalu rubuh ke jalan. Â Aku ikut terseret dengan kaki kanan tertimpa badan motor. Hasilnya tulang kering kaki kananku luka cukup dalam di dua titik.
Gara-gara membayangkan tongseng kambing, aku tak sadar melindas jalan berlumpur. Â Maka terjadilah kecelakaan tunggal itu. Â
Tak ada orang lewat. Juga tak ada rumah tinggal di situ. Â Aku harus menolong diri sendiri. Â
Motor kupacu lagi membawa luka di kaki
Tujuan berubah sedikit. Aku harus pergi dulu ke Unit I. Â Di sana ada seorang Bu Dokter, satu-satunya dokter di SPT Tulangbawang. Aku harus mengobati luka-lukaku ke sana. Â
Setelah berobat ke dokter, aku kembali ke Pasar Unit II. Â Buat apa lagi kalau bukan makan tongseng panas?
Sambil makan nasi dan lauk tongseng, aku memikirkan rencana riset selanjutnya. Wawancara dengan informan sudah rampung. Informasi sudah redundan. Â Tak ada lagi hal baru.
Selanjutnya adalah survei kuantitatif. Wawancara menggunakan kuesioner. Berarti aku harus memilih sejumlah responden dari kalangan transmigran.
Aku harus mempersiapkan diri masuk pada bagian yang paling melelahkan.Â