Sebenarnya Felix Tani itu sudah mulai membully sesama kompasianer dan Admin K(ompasiana) sejak 2014. Tapi agar terkesan tak terlalu jahat, dia kita beri kortinglah 4 tahun. Jadi masa kerja bullyingnya cuma 5 tahun.
Oh, ya, hampir lupa. Korting 4 tahun itu sudah termasuk remisi Hari Natal. Sebab kendati suka membully, Felix Tani itu terbilang insan beragama yang rajin beribadah.
Sebenarnya gak pantas membicarakan kerja bullying Felix Tani. Itu me-ma-lu-kan. Tapi berhubung Admin K mendorong kompasianer menceritakan pengalaman berkompasiana, ya, kutuliskan jugalah ulah bullying Felix Tani ini.
Bukan maksudku untuk menjelek-jelekkan Felix Tani. Bukan. Sebab dia sudah terlalu jelek untuk bisa lebih jelek lagi.
***
Felix Tani itu membully secara terang-terangan di ruang publik. Lewat tulisan di Kompasiana. Tujuannya untuk memudahkan pengajuan bukti jika korban bullying ingin mengadu ke MK (Mahkamah Kompasiana).
Tapi Felix Tani itu gak dungu-dungu amatlah. Dia lazimnya memasukkan artikel bullying itu di sub-kanal "Humor". Jadi kalau korban bullying memperkarakan, Felix Tani tinggal berdalih, "Lha, ini kan bercyanda!".
Pernah ada kompasianer milenial yang mengeritik pedas Felix Tani. Katanya, "Felix Tani itu berlindung di balik label 'Humor', agar bebas merendahkan Admin dan kompasianer."
Bah, iri hatikah kamu karena Felix Tani cerdas membangun tembok pelindung? Menjadi kompasianer itu kudu cerdas menjaga diri makanya.
Pilihan sub-kanal humor itu bukan sesuatu yang acak. Itu purposif. Felix Tani itu dulu suka mendengar siaran wayang kulit di radio. Dia terkesan dan suka pada babak goro-goro. Di situ Punakawan -- Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong -- tampil mengritik penguasa dan rakyat dengan bahasa humoristik yang bikin ger.