"Bah! Tulisan sa-gu ta-ni ini nama dagang, Mas. Bukan nama bahan!" Poltak semakin naik darah. Karena mendadak dia teringat pula pada nama Felix Tani, seorang kompasianer sok tau yang sangat menyebalkan.Â
"Pokoknya itu sagu, Pak. Ibu-ibu juga kalau beli tepung sagu, ya, beli itu."
"Eh, Mas, jangan ngotot, ya. Ini tepung tapioka, terbuat dari ubi kayu. Kalau tepung sagu, terbuat dari batang dalam pohon sagu. Tahu bedanya?" Darah Poltak sudah naik sampai level jidat.
"Gak taulah, Pak. Gini aja. Bapak jadi beli, gak?" Matanya nyaris loncat dari cangkang.
"Ya, gaklah! Salah beli nanti! Itu dungu!" Full naik darah. Asap merah mengepul dari ubun-ubun Poltak.Â
Sesungguhnya Poltak takut kena marah Berta kalau salah beli pesanan. Mau konformasi, dia tak bawa ponsel.
Poltak langsung balik kanan zonder permisi. Bergegas pulang ke rumah.
"Ya, itu maksudku! Sagu tani, ya, tapioka itu! Masa gitu aja gak ngerti, sih!" Kini giliran Berta yang naik darah. Gara-gara Poltak tak jadi beli sagu tani.
"Ah, ibu-ibu semua sama saja. Gak bisa bedain sagu dan tapioka." Poltak menggerutu dalam hati. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H