Nama lansia itu Engkong Felix. Begitu dia biasa dipanggil. Nama aslinya, seperti juga tampangnya, tak seorangpun tahu. Dia sendiri nyaris lupa nama lengkapnya. Gara-gara jarang dipakai.
Mengapa dia merasa dungu di Kompasiana? Tersebab hal yang amat sepele. Sebegitu remehnya, sehingga terlalu pantas jika dia merasa dungu olehnya.
Begini. Tolong disimak baik-baik.
Iseng-iseng tadi Engkong Felix memeriksa poin di akun Kompasiananya. Tampak olehnya grafik batang biru dengan nilai 64%. Ujung kanan grafik itu sedikit lewat garis batas status Fanatik.Â
"Ada yang aneh, nih." Engkong membatin. Dia terbiasa membaca grafik kinerja PT Hisematama (Hidup Segan Mati Tak Mau). Dulu, ya, sebelum pensiun. Jadi matanya agak terlatih melihat jika ada keanehan.
Anehnya itu begini.
Total nilai mutlak poin Engkong Felix adalah 96,855.6 poin. Logika statistiknya, nilai relatif dari nilai mutlak itu kan 64%, ya. Seperti diterakan pada grafik batang. (Di ponsel angkanya 65%.)
Pertanyaannya: 64% terhadap total nilai mutak yang mana? Engkong coba hitung nilai persentase 96,855.6 poin itu terhadap angka 250,001, poin minimum status Maestro. Eh, hasilnya 38.74%. Berarti bukan itu nilai acuannya.
Engkong coba cara lain. Jika 96,855.6 poin adalah 64%, maka berapa poin untuk 100%. Langsung hitung. Hasilnya 151,336.9 poin. Lha, ini poin untuk status apaan, ya.
Sampai di situ, Engkong Felix betul-betul merasa dungu.