Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pastor Sybrandus van Rossum dan Mukjizat 'Penjala Ikan' di Danau Toba

12 Oktober 2023   15:51 Diperbarui: 12 Oktober 2023   16:52 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Katolik Santo Yosef Balige, Toba sekarang ini (Foto: Albertus Gregory/archdioceseofmedan.or.id)

Setelah peristiwa itu, Yesus meminta Simon mengikutinya untuk menjadi penjala manusia. Maka jadilah Simon, kemudian dinamai Simon Petrus, menjadi murid pertama Yesus. Kelak dia juga  menjadi paus pertama Gereja Katolik.

Mukjizat penjala ikan itu menjadi inspirasi dasar bagi kegiatan misi Gereja Katolik.  Duc in altum.  Bertolaklah ke tempat yang dalam. Tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.

Untuk mendapat tangkapan ikan yang banyak, harus bertolak dan menjala di perairan dalam.  Walau itu dengan risiko yang lebih besar.  Semisal terpaan badai lebih besar. Hantaman gelombang lebih kuat.

Menjadi "penjala manusia" juga begitu. Simon Petrus dan murid-murid Yesus yang lainnya harus pergi ke tempat-tempat jauh yang belum mereka kenal. Di situ mereka harus menghadapi risiko penolakan, permusuhan, bahkan pembunuhan.

Misionaris Gereja Katolik, para penerus Simon Petrus dan kawan-kawan, juga begitu. Mereka harus berlayar ke tempat-tempat yang jauh, menemui komunitas- komunitas yang tak dikenal, lalu mengabarkan Injil di situ. Bayarannya mungkin nyawa. Tapi itu bukan alasan untuk mundur. 

Misionaris Kapusin (OFMCap) juga seperti itu. Pertama kali, tahun 1905, misionaris ordo ini berkarya di Singkawang, pedalaman Kalimantan Barat. Dari situ, pada 1911 wilayah karya misi meluas ke pedalaman Pulau Sumatera.  

Di Sumatera, Padang dipilih sebagai tempat kedudukan Prefektur Apostolik, yuridiksi misioner pra-keuskupan. Mgr. Liberatus Cluts, OFMCap waktu itu ditunjuk sebagai Prefek Apostolik (1911-1921). Wilayah misinya meliputi Padang (Pantai Barat, Tapanuli, Lampung), Tanjung Sakti (Bengkulu), Kutaraja (Aceh), Medan (Pantai Timur), dan  Sungai Selan (Bangka, Riau, Palembang, Jambi). 

Penerus Mgr. Cluts adalah Mgr. Matthias Brans, OFMCap. Dia diangkat menjadi Prefek Apostolik  (23 April 1921), lalu menjadi Vikaris Apostolik Padang (18 Juli 1932). Setengah tahun kemudian dia diangkat menjadi Uskup Padang yang pertama (5 Februari 1933). Kelak, tahun 1941, Mgr. Brans pindah tahta keuskupan ke Medan. Masa jabatannya berakhir tahun 1955.

Mgr. Brans itulah yang merintis karya misioner Katolik di pedalaman Tanah Batak. Dialah yang mengutus Pastor Sybrandus van Rossum, OFMCap ke Balige, tepat ke "jantung" Tanah Batak.

Tentangan dari Pemerintah Kolonial dan Zending

Masuk ke pedalaman Tanah Batak itu bukan hal mudah bagi misionaris Kapusin. Pemerintah Kolonial Belanda awalnya tak memberi izin Gereja Katolik masuk ke Tapanuli. Sebab ada peraturan yang melarang zending Protestan dan misi Katolik berkarya di satu wilayah yang sama.

Tanah Batak waktu itu sudah menjadi lahan evangelisasi zending RMG di bawah pimpinan Pendeta L.I. Nommensen. Pemerintah Hindia Belanda tak ingin timbul konflik antara zending Protestan dan misi Katolik di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun