Rocky juga paham dia telah menghina individu presiden Jokowi. Karena itu dia sempat berdalih "bajingan" itu adalah sapaan akrab antar kusir pedati sapi -- yang disebut "bajingan". Makna aslinya adalah kuat dan pemberani. Â Bahkan Rocky sempat juga bilang -- semacam otak-atik gathuk -- bajingan itu singkatan "bagus ing jiwo angen-angen ing pangeran" (baik hati ingat Tuhan). [3]
Tapi Rocky juga paham kata"bajingan" yang diujarkannya kepada individu presiden Jokowi bukan dalam arti positif semacam itu. Dia mengakui mengujarkan frasa sarkastik itu karena tak setuju dengan proyek IKN dan pelibatan pengusaha China di sana.Â
Kata Rocky: "Saya sebut dia bajingan karena dia bilang ke pengusaha China silakan datang ke Indonesia apapun saya kasih. Apa enggak bajingan itu? Jual-jual negara? ... Jadi poinnya ada, memang saya kritik dan saya sebut bajingan dan tolol." [4]
***
Rocky bukannya tak sadar bahwa ujaran "bajingan tolol" itu sarkastis dan berpotensi melukai harga diri individu presiden Jokowi.Â
Tapi dia juga sangat paham bahwa Jokowi sebagai individu presiden tidak akan melaporkannya kepada polisi atas dugaan penghinaan atau pencemaran nama baik. Dia tahu itu bukan karakter Jokowi.
Tapi andaikan SBY yang menjadi presiden hari ini, dan bikin proyek IKN dengan mengundang China, tak ada juga jaminan Rocky akan mengatainya "bajingan bodoh". Alasannya selain dia pendukung SBY, sehingga tak pernah mengritik apalagi memakinya, SBY juga tak sungkan melaporkan orang yang menistanya kepada polisi. Itu sudah terbukti pada Eggi Sudjana dan Zainal Ma'arif yang diadukan dan akhirnya masuk bui.Â
Rocky itu cerdik -- saya tak bilang cerdas -- berselancar di antara ancaman ombak risiko hukum dari kritik-kritik dan umpatan-umpatannya kepada pemerintah khususnya individu presiden Jokowi.Â
Karena itu sia-sialah pendukung Jokowi melaporkan Rocky kepada polisi. Tak ada pasal hukum yang dilanggarnya. Lain hal kalau mau bikin demo akbar berjilid-jilid menuntut Rocky ditangkap dan dipenjarakan. Tapi itu kan cara rendahan.Â
Dari satu sisi banyak orang mengagumi Rocky, tapi dari lain sisi dia bisa juga menjadi "cerita yang menyedihkan". Kepintaran mengritik  itu karunia, mengapa harus disampaikan dengan diksi yang tak etis? Apakah tidak ada diksi yang lebih lugas dan tedas tanpa menabrak etika komunikasi?
Rocky berdalih bahwa debat politik memang begitu, penuh diksi sarkastis. Karena sarkastis itu jujur. Santun itu munafik Oh, ya? Apakah komunikasi politik memang mengedepankan logika saja sambil mengubur etika? Atau apakah menjadi oposisi politik harus memaki-maki?