Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anjing Piaraan dalam Perspektif Budaya Batak Toba

1 Agustus 2023   12:31 Diperbarui: 6 Agustus 2023   08:28 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual daging anjing tahun 1917 di pantai Danau Toba, Balige (Foto: Koleksi Leiden University Library via Twitter @fotolawas/harianmassa.com)

Secara historis, orang Batak Toba memiara anjing untuk menjalankan fungsi-fungsi produktif yaitu sebagai penjaga dan pemburu. Selain, tentu saja, "teman" bagi keluarga.

Sebagai penjaga, anjing diberi tanggung-jawab luas. Mulai dari menjaga anggota keluarga, rumah dan harta benda milik keluarga, sampai sebuah perkampungan. 

Lazim dari dulu orang Batak pergi ke sawah, ladang, dan hutan ditemani anjingnya. Selain menjadi teman, anjing juga akan menjaga tuannya dari ancaman bahaya. Semisal ada ancaman orang jahat atau binatang buas seperti ular, beruang, atau harimau.

Anjing juga bisa membantu tuannya menjaga ladang dari pencuri. Entah itu manusia maling hasil ladang, atau binatang hama seperti monyet dan babi hutan.

Di rumah, anjing orang Batak adalah penjaga rumah dan seisinya. Sekaligus juga penjaga kampung dan seisinya. Terutama menjaga dari ulah orang jahat, seperti perampok, pencuri ternak atau penculik anak. Dahulu kala kerap terjadi penculikan anak kecil oleh orang dari kampung lain untuk dijadikan tumbal.

Kalau ada orang asing masuk ke sebuah kampung, entah siang atau malam hari, maka anjinglah yang pertama menyambutnya. Jenis gonggongan anjing akan menandai apakah yang datang itu orang baik-baik, orang jahat, binatang liar, atau hantu. Sehingga warga kampung bisa melakukan antisipasi bila perlu.

Seekor anjing sedang menemani tuannya mencuci pakaian dan perabotan dapur di pantai Parbaba, Samosir (18/3/2013) (FOTO ANTARA/Irsan Mulyadi/ed/ama/13)
Seekor anjing sedang menemani tuannya mencuci pakaian dan perabotan dapur di pantai Parbaba, Samosir (18/3/2013) (FOTO ANTARA/Irsan Mulyadi/ed/ama/13)

Berburu hewan liar bersama anjing, sudah menjadi kegiatan produksi bagi orang Batak sejak dulu. Dokumen tertua yang bisa saya temukan terkait kegiatan itu di masa lalu adalah foto tahun 1870 (lihat foto utama artikel ini). Foto koleksi Tropenmuseum itu menampaklan tiga orang Batak pemburu dan seekor anjingnya.

Sebagai pemburu, orang Batak memang sangat mengandalkan anjing. Ketajaman penciuman dan pendengarannya bisa diandalkan untuk menemukan posisi hewan buruan. 

Entah itu rusa, kijang, babi hutan, atau kelinci liar. Kecepatan lari dan keberaniannya yang penuh perhitungan bisa diandalkan untuk mengejar, mengepung, dan membekuk hewan buruan. 

Orang Batak Toba, para lelakinya, lazimnya berburu dalam rombongan bertiga atau berlima. Jumlah anjingnya bisa lima sampai sepuluh ekor. Mereka akan masuk ke hutan pinus atau hutan sekunder untuk memburu hewan pedaging. Kehadiran pemburu itu ditandai oleh teriakan khas para pemburu dan salak anjing-anjing mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun