Melawan Argentina, Indonesia kalah perang tapi memenangi sejumlah pertempuran. Semisal pertempuran-pertempuran antara Asnawi Mangkualam versus Alejandro Garnacho.
Pertempuran Asnawi, bek kanan Indonesia dan Garnacho, penyerang sayap kiri Argentina memang fenomenal. Berita dan cerita di ruang publik bilang Asnawi, kapten Indonesia sukses "mengantongi" Garnacho, bintang MU Inggris.
Maksudnya, Asnawi sukses mematikan serangan-serangan eksplosif Garnacho di sektor kanan pertahanan Indonesia.Â
Tercatat lima kali Asnawi melancarkan tekel bersih yang membuat Garnacho, yang masuk menggantikan Nicolas Gonzales di menit 59 babak kedua, mati kutu. Permainannya nyaris tak berkembang. Sampai-sampai dia tampak frustasi.
Pertempuran Asnawi versus Garnacho itu mengingatkan saya pada pertempuran Claudio Gentile (Italia) versus Maradona (Argentina) pada Piala Dunia 1982 Spanyol. Gentile sukses mengunci gerak Maradona dengan tekel-tekel agresif ala cattenacio (gerendel), membuat wonderkid Argentina itu mati kutu dan frustasi.
Tapi aksi Asnawi lebih ciamik dan heroik ketimbang Gentile. Gentile kerap melakukan tekel kotor, sehingga dia kena kartu kuning. Asnawi memainkan tekel-tekel bersih. Asnawi juga tidak menjalankan strategi man to man marking seperti Gentile yang hanya menjaga Maradona. Asnawi kadang menusuk jantung pertahanan Argentina untuk mengalirkan bola.
Pertempuran paling fenomenal dan viral antara Asnawi dan Garnacho adalah aksi saling tekel antara keduanya di pojok kanan pertahanan Indonesia pada menit 89. Ini pertempuran yang membuat Garnacho sampai terduduk menangis di lapangan.
Awalnya Garnacho menggiring bola dengan tepat mendekati gawang Indonesia di sisi kanan. Tiba-tiba dengan kecepatan dan ketepatan tinggi Asnawi melakukan tekel bersih. Keduanya terjatuh tapi Asnawi bangkit lebih cepat mengejar bola. Seperti tak terima, Garnacho bangkit berlari menekel Asnawi yang sudah lebih dulu menendang bola. Keduanya kembali terjatuh di lapangan.Â
Pelanggaran! Garnacho mendapat peringatan dari wasit.