Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persija Sabotase Laga Indonesia Vs Argentina?

10 Juni 2023   19:27 Diperbarui: 10 Juni 2023   22:00 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jelang FIFA Matchday melawan Palestina dan Argentins pemain Timnas Indonesia berlatih di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Selasa (6/6/2023) siang.(KOMPAS.com /SUCI RAHAYU)

Sampai saat artikel ini ditulis, belum ada titik terang pelepasan dua pemain Persija, Witan Sulaiman dan Rizky Ridho, ke pemusatan latihan Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong (STy). Dua pemain itu masih ditahan klubnya.

Padahal masa pertandingan persahabatan FIFA (12-20 Juni 2023) segera tiba.  Laga lawan Palestina akan berlangsung 14 Juni. Sedangkan tanding lawan Argentina tanggal 19 Juni. 

Pelatih Timnas, STy sangat gusar dan geram dengan penahan dua pemain Persija itu. Skedul dan program persiapannya tidak saja terganggu, tapi juga menjadi tidak optimal. Latihan peningkatan fisik, teknik, dan mental, serta pembekalan visi dan strategi permainan tidak bisa dijalankan sesuai rencana.

Alasan penahanan dua pemain itu menurut Thomas Doll, pelatih Persija, karena keduanya baru bergabung dengan klub selepas SEA Games 2023.  Keduanya harus menyesuaikan diri dulu dengan klub. Selain fisiknya juga harus dipulihkan. Kata Doll, lebih baik dua pemain itu latihan di klubnya dulu. Itu mengingat Liga 1 2023/2024 akan mulai bergulir pada 1 Juli mendatang.

Sebenarnya bukan hanya pemain Persija yang belum bergabung ke Timnas.  Tiga pemain PSM Makasar juga belum. Tapi itu karena terhambat oleh kewajiban PSM untuk laga play-off Liga Champion Asia  melawan Bali United pada 10 Juni 2023. Alasan serupa berlaku untuk sejumlah pemain naturalisasi dan pemain lokal yang bermain di klub luar negeri.

Persija sendiri tak punya jadwal pertandingan wajib. Sehingga tak ada alasan mendasar untuk menahan pemainnya. Kecuali bahwa pelatih Persija lebih mendahukukan kepentingan klubnya ketimbang kepentingan nasional.  

Bagi Persija mungkin lebih penting menjadi juara Liga 1 ketimbang mendukung Timnas Indonesia untuk memenangi laga versus Palwstina dan terutama Argentina. Barangkali Thomas Doll berpikir tak perlu serius-serius amatlah. Tanpa atau dengan Witan dan Rizky, Indonesia pasti kalah besar dari Palestina dan, terlebih, dari Argentina.

Jika benar Thomas Doll punya pikiran semacam itu, maka penolakannya untuk segera mrlepas dua pemain Persija mengandung sekurangnya tiga masalah.

Pertama, Doll mendahulukan kepentingan klub (lokal) ketimbang kepentingan PSSI (nasional). Padahal, sepanjang suatu klub berada di bawah naungan PSSI, semestinya dia mengutamakan kepentingan nasional. Doll dengan demikian tak perduli soal nasionalisme Indonesia.  

Kedua, dengan mengatakan dua pemainnya lebih baik latihan di klub berarti Doll meragukan kapasitas STy sebagai pelatih Timnas. Doll menilai dirinya lebih mampu dibanding STy untuk urusan meningkatkan kebugaran fisik, kemampuan teknis, dan mentalitas pemain sepakbola.

Ketiga, dengan menahan pemain untuk tak gabung dulu di pemusatan latihan Timnas, Doll sebenarnya telah ikut merusak program latihan yang telah disusun STy dan timnya. Program pelatihan tak berjalan optimal sesuai rencana. Masalah itu bisa berujung pada performa sub-optimal Timnas Indonesia, dengan risiko kalah dari Palestina dan Argentina. 

Dengan tiga masalah di atas, apakah bisa dikatakan Persija sedang melakukan sabotase terhadap Timnas Indonesia? Sebab penolakan Persija untuk melepas dua pemainnya tepat waktu berpotensi menyumbang pada ketakoptimalan pelatihan dan performa Timnas. Pada waktunya juga menyumbang pada kegagalan Timnas mengalahkan atau sekurangnya mengimbangi Palestina dan Argentina.

Biarlah Thomas Doll dan pengurus Persija yang menjawab pertanyaan itu dengan seterang-terangnya.

Sebenarnya Ketua Umum PSSI Erick Thohir perlu segera mengambil sikap dan tindakan untuk mencegah dan mengatasi masalah beraroma sabotase semacam itu.  Misalnya, apakah mungkin dibuat regulasi untuk klub yang tak bersedia melepas pemain ke Timnas secara tepat waktu, tanpa alasan yang kuat, maka kesertaannya dalam Liga 1 dicoret untuk dua musim.

PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir kini sedang mengambil langkah-langkah radikal untuk mengangkat performa Timnas Indonesia ke level dunia. Maka semua klub semestinya mendukung langkah-langkah itu dengan melalui kontribusi positif terhadap pembentukan Timnas yang hebat. Antara lain dengan mengirimkan pemain terpilih dari klub secara tepat wajtu ke pemusatan latihan Timnas.

Kita bisa mengibaratkan PSSI sebagai sebuah bus. Erick Thohir adalah supirnya. Klub-klub lokal adalah penumpangnya.  Semua penumpang harus percaya pada Erick bahwa dia akan menyetir bus menuju sebuah target besar yaitu Timnas Kelas Dunia. Untuk itu semua penumpang, klub-klub lokal, harus mematuhi aturan dalam bus. Kalau tak mau ikut aturan, ya sudah, turun saja.

Apakah mungkin "penumpang" Persija sedang berpikir untuk turun dari "bus" PSSI? Entahlah. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun