Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Inilah Hukuman untuk Tikus Ganjen Pelanggar HAM

4 Juni 2023   21:33 Diperbarui: 4 Juni 2023   21:48 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tikus ganjen pelanggar HAM? Tikus macam apa pula itu?

Dua pertanyaan itu mungkin muncul di benakmu. Tapi jangan berharap aku menjawabnya. Baca sendiri kisahnya pada artikel terdahulu.

Yang jelas, tikus itu sudah masuk perangkap yang dipasang Engkong Felix di Gang Sapi Jakarta.

Masalahnya, Engkong bingung soal hukuman yang selayaknya dijatuhkan atas tikus tersebut.  Maka aku tanyalah kepada para kompasianer, kira-kira enaknya hukuman yang setimpal apa, ya.

Syukurlah, sejumlah kompasianer memberi respon. Mulai dari respon yang menyebalkan sampai yang mengagumkan. 

Berikut aku beber respon-respon dari rekan-rekan itu.

Khrisna Pabichara: "Eta tikus hoyong naon sih?"

Daeng Khrisna menyimak pertanyaannya gak, sih? Aku kan nanya hukuman. Eh, malah balik nanya "Itu tikus mau apa, sih." Menyebalkan!

Lagian mana kutau apa maunya tikus itu. Aku kan bukan Nabi Sulaeman atau Dr. Doolittle?

Siti Nazarotin: "Udah, pelihara aja Kong, siapa tahu dari rasa benci timbul rasa cinta. Kan pepatah mengatakan: Witing tresna jalaran saka kulina."

Ah, ini saran khas pecinta tikus. Karena itu aku berpikir untuk mengirim tikus itu ke Bu Naz(arotin) di mBlitar. Dengan harapan, berkat cintanya, tikus itu nanti akan berubah menjadi pangeran ganteng.

Kalau benar jadi pangeran ganteng, enaknya diapain, ya. Bu Naz kan gak boleh poliandri macam Teteh NN nu ti Cianjur tea.  

Suyono Apol: "... karena perangkapnya itu dari logam, ya disetrum aja, "teeet...!" selesai. (Koq nyetrum bisa bunyi?). Atau gini. Tikus kalau diracun akan mati di sembarang tempat yang tidak terduga dan menjadi bau. Nah, kalau sudah dalam perangkap, baru diracun, bangkainya terlokalisasi."

Ide yang mengagumkan. Di luar pikiran kenthirku.

Tapi hukuman setrum itu mungkin lebay. Mahal pula. Harus nyiapin kursi listrik segala. 

Diracun? Ah, dua kali kerja.  Rugi umpan perangkap dan racun tikus. Tak sesuai dengan prinsip hukuman mati yang mudah dan murah.

Lagi pula lokalisasi itu, setahuku, bukan tempat tikus mati.

Budi Susilo: "Ya sudah, dikerangkeng saja sampai ia menyatakan insaf kepada Engkong. Dengan pernyataan di atas materai."

Sumpeh! Gue demen banget usulan Kang Budi ini. Mengingatkanku pada jagoan-jagoan yang sangar menggerebek rumah ibadah atau warung remang-remang. Begitu ditangkap polisi, langsung letoy minta tandatangan surat maaf bermeterai Rp 10.000. 

Isti Yogiswandani: "Buang ke sungai."

Hadeuh! Ini tikus, Bu Isti. Bukan ikan. Tikus dibuang ke sungai, bisa mati, dong. Kasihan, kan?

Mikir dikit, napeh.

Wisno: "Waduh Mas. Tikus berhak untuk hidup juga. Saran saya dibuang (dipindahkan) saja ke tempat yang cocok.

Lha, masalahnya itu tikus merasa tempat yang cocok untuknya, ya, rumah Engkong Felix. Masa dibuang ke rumah Engkong Felix, sih? 

Kasih saran kira-kira dong, Mas.

Roselina Tjiptadinata: "... tikus itu boleh jadi reinkarnasi dari salah seorang sahabat masa kecil. Nah, bayangkan. Masa tega, hehehe."

Wah, sulit dibayangkan, Bu Lina. Soalnya sahabat-sahabat masa kecilku masih hidup semua. 

Aku berterimakasih kepada rekan-rekan kompasianer yang telah memberi saran hukuman untuk tikus ganjen itu. (Kecuali Daeng Khrisna. Aku ogah berterimakasih atas pertanyaannya.)

Tapi mohon maaf sebesar-sebesarnya. Semua saran itu sia-sia. Sebab sebelum aku memutuskan saran mana yang akan kujalankan, tikus ganjen itu sudah keburu tewas di dalam perangkap.

Jangan kau tanya kenapa tikus itu bisa mati sendiri. Kejadian semacam itu lumrah saja. Bukankah kerap juga ada tahanan yang mati dalam penjara tanpa sebab yang jelas? Kamu tak pernah mempertanyakan sebab-musababnya, kan?

Justru yang perlu dipertanyakan adalah kewarasan teman-teman yang memberi saran hukuman untuk seekor tikus. Sudah tahu tikus bisa mati sendiri, kok ya bisa-bisanya sumbang saran hukuman untuk tikus itu. Gak ada kerjaan, apa? (eFTe)
 

                                   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun