Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minum Miras Itu Perlu, Mabuk Itu Sia-Sia

29 Mei 2023   15:56 Diperbarui: 29 Mei 2023   16:57 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang Batak minum tuak di lapo tuak (Foto: via Wikipedia.org)

Pada suatu malam Minggu, aku dan empat orang teman sepantaran menumpang truk bak terbuka ke Desa Jangga Dolok. Kira-kira 10 km jauhnya ke selatan Panatapan, kampungku di Toba.

Intensi kami mendampingi seorang teman, sebut saja namanya Jonggi, martandang ke rumah seorang gadis di Jangga Dolok. Sesampai di sana, kami putuskan untuk minum miras dulu, agar Si Jonggi punya keberanian berhadapan dengan gadis pujaannya itu. 

Tapi sial, Si Jonggi itu rupanya tipe lelaki dengan syaraf otak kelewat halus. Baru minum setengah gelas anggur kolesom, sudah tenggen dia, limbung dan mulai kacau omongannya.  Katanya dia bukan mau martandang, tapi mau langsung melamar gadis pujaannya itu.

"Bah, sudah mabuk dia. Kacau nanti itu. Sudah, kita pulang saja," usulku pada teman-teman. Semua setuju, kecuali Si Jonggi yang sudah menenggak habis sisa anggurnya.

Lalu kami hentikan lagi truk bak terbuka. Si Jonggi kami lemparkan ke atas bak truk, seperti melemparkan seekor babi yang akan dijual ke pasar. Sepanjang jalan pulang, Si Jonggi berteriak-teriak protes. Masa bodolah.

Tiba kembali di Panatapan, Si Jonggi masih meracau. Minta dikawinkan. Lha, lulus SMA saja belum. Kerjaan tak punya. Lagian gadis pujaannya itu belum tentu mau, kan.

Karena dia tak mau diam, kami mampir lagi ke kedai. Pesan anggur kolesom lagi. Minum lagi, sampai Si Jonggi tergeletak mabuk di teritisan kedai, setelah mengosongkan gelas keduanya malam itu.

Begitulah. Kami menggunakan miras untuk membungkam mulut Si Jonggi. Itu pilihan terbaik. Sebab mustahil memukul rahangnya sampai semaput tanpa risiko giginya rontok atau goyah. 

Besok paginya, Si Jonggi sudah waras. Kami ketemu lagi di gereja memuliakan nama Tuhan. Tak ada lagi omongan dia mau kawin dengan gadis pujaannya. Dia malah khusuk berdoa di depan patung Bunda Maria.  

***

Bagiku dan teman-teman sekampung dulu, minum miras itu sarana pergaulan sekaligus kontrol diri. Kontrol diri agar tak sampai mabuk. Sebab kalau sudah mabuk, tak ada lagilah itu pergaulan. Macam mana pula bicara dengan orang mabuk bisa dibilang bergaul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun