Secara khusus IK mengukur kepuasan terhadap kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumahtangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan, dan keamanan.
Tren positif capaian pembangunan sosionomi Jateng itu diwarnai anomali tahun 2020 yaitu penurunan GDP/kapita, peningkatan Indeks Rasio Gini, dan peningkatan Angka Kemiskinan. Â Itu dampak pandemi Covid-19 yang tak bersifat spesifik Jateng. Â Anomali itu berlaku secara nasional.
 ***
Tadi sudah diasumsikan rekam jejak berupa kinerja pembangunan daerah bisa menggambarkan capaian seorang mantan gubernur jika dia menjadi presiden.  Jika asumsi itu diterima, maka bila menjadi presiden  Ganjar akan membawa Indonesia ke kondisi berikut:
- Peningkatan PDB per kapita atau pendapatan per kapita penduduk;
- Penurunan angka kemiskinan atau jumlah penduduk miskin;
- Penurunan angka Rasio Gini atau penyempitan kesenjangan pendapatan penduduk;
- Peningkatan IPM atau akses penduduk terhadap pendidikan, pendapatan, dan kesehatan; dan
- Peningkatan IK atau kebahagiaan warga Indonesia.Â
Tapi benarkah begitu? Â Tunggu dulu!
Pembangunan sosionomi nasional selalu mengakomodasi kepentingan tiga pihak yaitu penguasa (negara), pengusaha (modal), dan warga (rakyat) -- disamping kepentingan asing, tentu saja. Â Seorang presiden harus mampu menciptakan equilibrum optimal tapi konstitusional antara kepentingan tiga pihak itu. Â
Sejauh ini belum ada informasi yang valid dan akurat, semisal visi, misi, strategi, dan program serta jejaring sumberdaya calon presiden, sehingga tak ada dasar untuk menyimpulkan apakah Ganjar cenderung membangunan harmoni antar kepentingan tiga pihak. Atau berpihak kepada salah satu pihak semisal negara saja (oligarkis), modal saja (kapitalis), atau rakyat saja (populis).
Jadi ke mana Ganjar Pranowo akan membawa Indonesia bila dia terpilih menjadi Presiden RI? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan lebih akurat nanti di masa kampanye Pilpres 2024.Â
Hari ini semua bakal calon presiden, termasuk Ganjar Pranowo, masih ibarat "kucing dalam karung" yang ditawar-tawarkan "pedagang" setiap waktu. Nasihat leluhur, jangan pernah membeli "kucing" sebelum dikeluarkan dari dalam "karung". (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H