Rohman sadar benar wagtivis Megatruh adalah sosok-sosok maya(t). Sedari awal mereka hanya ada di rupa kata-kata, gambar-gambar, video-video, stiker-stiker, dan emotikon yang siliweran searah. Â Nyambung gak nyambung.
Para wagtivis berbagi pesan bukan untuk berbincang. Â Tapi hanya sebagai pesan: mereka masih hidup.
"Aku mohon pamit, kawan-kawan. Â Besok subuh aku tak akan mengucap lagi sugeng enjing. Â Sebab dini hari nanti, sebelum ayam berkokok, aku akan mati."
Rohman mengetikkan kata-kata itu dengan jemari bergetar di layar WAG. Lalu mengirimkannya.
Seperti biasa, tak ada tanggapan.
Rohman memejamkan kedua matanya, ekspresi puas. Â Dia merasa sudah cukup mewakafkan diri untuk WAG Megatruh.Â
Lalu dia tidur pulas. Selarik senyum nrimo tersungging di bibirnya.
Subuh kemudian datang tanpa ucapan "Sugeng enjang!" dari Rohman di WAG Megatruh.
Besoknya, besoknya, dan besoknya lagi, juga begitu.
Sepi sudah.
Tak seorangpun angota WAG Megatruh yang merasa kehilangan. (eFTe)