Hal seperti itu, secara politik akan mencoreng wajah Indonesia dan FIFA di mata dunia. Indonesia dan FIFA akan dituduh tak mampu menjamin keamanan dan kenyamanan tim-tim sepakbola dan penonton  di Piala Dunia.
Walaupun mitigasi terorisme bisa disiapkan, FIFA dan Pemerintah Indonesia mungkin memilih untuk tak memberi ruang teror sama sekali. Caranya, batalkan Piala Dunia U20 di Indonesia. Itu harga yang jauh lebih murah, ketimbang benar-benar terjadi teror.
Kedua, alasan ekonomi khususnya bisnis. Ini bwrkaitan dengan isu keamanan dalam Piala Dunia U20. Jika dibayangi oleh isu terorisme atau gangguan keamanan, maka Piala Dunia U20 sangat mungkin akan sepi penonton. Artinya secara bisnis tak menguntungkan. Solusinya, ya, ganti negara tuan rumah.
Harap diingat, FIFA adalah organisasi kapitalis terbesar di bidang (bisnis) olahraga. Keuntungan bisnis adalah salah satu tujuan utamanya.
Dua alasan itu memang bersifat dugaan, sebab FIFA dan pemerintah tak pernah mengungkapkannya. Presiden Jokowi sendiri hanya mengingatkan agar tidak mencampur-aduk politik dan olahraga. Tapi jelas kedua alasan itu lebih masuk akal ketimbang mengkambing-hitamkan dua orang gubernur.
Takada Alasan Logis untuk Sanksi dari FIFA
Terkait pencabutan status tuan rumah Piala Dunia U20, FIFA mengatakan  "Potensi sanksi terhadap PSSI juga dapat diputuskan pada tahap selanjutnya."
Potensi sanksi itu menurut para stakeholder sepakbola nasional bisa berupa pembekuan PSSI sampai larangan mengikuti agenda resmi FIFA. Pokoknya pengucilan Indonesia dari dunia sepakbola. Â
Di mana letak logikanya, ya. Kan FIFA yang secara sepihak, otoriter, mencabut status tuan rumah Piala Dunia U20-2023 dari Indonesia. Â Pemerintah atapun PSSI sendiri tak pernah menyatakan mundur atau tak siap. Indonesia tak melakukan suatu kesalahan apapun.
Malahan logisnya justru Indonesia yang harusnys menggugat FIFA ke Court of Arbitration for Sport (CAS) atas keputusan pembatalan tuan rumah yang bersifat sepihak itu. Bahwa Indonesia tak menggugat, itu hanya menguatkan dugaan adanya "saling pengertian" dengan FIFA.
Ada preseden. FIFA telah mencabut status tuan rumah Piala Dunia U17-2023 dari tangan Peru karena ketaksiapan infrastruktur. Bukannya FIFA menjatuhkan sanksi kepada Peru, alih-alih justru berterimakasih.
Jika Peru yang wanprestasi saja mendapat apresiasi dari FIFA, maka Indonesia yang sudah sepenuhnya siap mestinya lebih diapresiasi, dong. Â Bukannya malah dihukum atau dijatuhi sanksi berat.