Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kemelut Obat Sembelit

2 April 2023   05:53 Diperbarui: 2 April 2023   07:16 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bang, punya obat sembelit, gak.  Tolong ojolkan ke rumah, ya, Bang."

Begitu Frans mengubungi Poltak via WA, kemarin sore. 

Poltak rada heran. Minimarket "Jakamart" hanya sepelemparan batu dari rumah Frans di Jln. Amat Buras. Dia kaya, punya banyak duit. Kenapa pula minta-minta pada Poltak, lansia pas-pasan -- pas gak punya uang -- di Gang Sapi?

"Begitulah orang kaya zaman now," pikir Poltak. "Prinsipnya, kalau bisa gratis, kenapa harus beli. Kalau bisa korupsi, kenapa harus jujur."

"Untuk apa, Frans. Kamu sembelit? Minum jus pepaya campur duren aja."

"Bukan aku, Bang. Tapi bapak, nih."

Nah, bapak yang sudah uzur menjadi alasan bagi Frans untuk minta obat gratisan.

"Kenapa rupanya bapak," tanya Poltak. Bapak mertuanya itu memang sedang giliran nginap sirkuler di rumah Frans.

"Bapak sudah tiga hari sembelit. Tadi dia diam-diam minta Diah beli D**colax." 

Adapun Diah itu adalah seorang asruga, asisten rumahtangga, yang kalau diajak ngomong suka denger gak denger. Soalnya dua lubang kupingnya selalu disumpal earphone untuk menikmati lagu-lagu dangdut koplo dari ponselnya. 

"Lha, kalau gitu, beres, dong."

"Malah kacau, Bang. Soalnya Diah itu malah  beli kolak untuk bapak. Marah-marahlah dia. Minta obat D**colax kok dibeliin kolak."

"Oh, gitu, to."  Poltak gak tega ngakak.

Kebetulan, lagi bulan puasa, di pinggir jalan Amat Buras banyak orang jualan takzil. Mungkin Diah gemblungwati itu berpikir mbah majikan pengen makan kolak.

Yah, begitulah hasil komunikasi seorang lansia yang ngomongnya kurang jelas dan seorang asruga yang lubang kupingnya tersumpal earphone.  Ujung-ujungnya kemelut.

Poltak segera mengontak ojol untuk pengiriman obat sembelit itu. Harganya Rp 10.000, ongkosnya Rp 15.000. Total biaya Rp 25.000

"Bagus juga Frans gak ke sini," kata Poltak dalam hati sambil melirik goreng pisang bikinan Berta. "Bisa ludes goreng pisangku sama dia." 

Poltak berhitung. Kalau Frans datang ke rumah, dia pasti melahap 4 goreng pisang. Harga satu goreng pisang Rp 5.000. Berari Rp 20.000 untuk empat goreng pisang. 

"Aku masih untung limaribu peraklah." Poltak membatin.  Dia sudah ketularan cara pikir orang kaya rupanya. (eFTe).  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun