Kemarin pagi Engkong Fei Lie Tan memesan bubur ayam tanpa ayam lewat aplikasi ojolfood.
Bubur ayam tanpa ayam? Bukan bubur ayam, dong. Bubur bayi itu.
Ya, tetap bubur ayamlah. Kan Engkong pesan dari tukang bubur ayam. Tak bisa lain, kan.
Bahwa bubur ayamnya tanpa daging ayam, itu kan pilihan Engkong. Kenapa pula kamu jadi sewot.
Sebagai orang Katolik garis turun-naik, Engkong sedang pantang dan puasa Pra-Paskah. Karena memilih pantang daging dan kopi, ya, jadinya hanya boleh makan bubur ayam tanpa ayam.
Jelas ya, soal bubur ayam tanpa ayam?
Engkong pantau pesanan bubur ayam. Di peta tampak ojolfood sudah dekat. Sebentar lagi tiba, langsung sarapan.
Maaf, ya, teman-teman yang sedang puasa. Kita sama-sama berpuasa, tapi Engkong boleh sarapan. Puasa hanya hari Jumat saja: satu kali makan kenyang -- bukan sekenyang-kenyangnya, ya.
Ah, pucuk dicinta hujan turun. Engkong lihat peta, ojolfood berhenti sekitar 500 meter dari Gang Sapi. Mungkin berteduh. Muncul permakluman, pengiriman telat 2 menit.
Tujuh menit kemudian, Bang Ojolfood tiba di depan rumah. Engkong menyambutnya, dong. Lapar soalnya.
"Maaf, Pak. Telat. Saya mampir di tukang kerupuk rambak dulu," kata Bang Ojolfood sambil tersenyum.
"Lho, Mas makan kerupuk rambak dulu?"
"Tidak, Pak. Saya puasa. Tadi mampir untuk pakai jas hujan saja."
"Oh, begitu."
"Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, kenapa Bapak pesan bubur ayam tanpa ayam?" tanya  Bang Ojolfood dengan sikap pakewuh tapi kepo.
"Oh, itu karena saya sedang puasa juga."
Bang Ojolfood tampak bingung. Tapi rupanya dia tak mau bertanya lagi. Pilihannya adalah pergi sambil geleng-geleng kepala.
Mungkin dia sedang berpikir keras. Bagaimana caranya puasa tapi tetap bisa sarapan bubur ayam tanpa ayam. (eFTe)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI