Dalam Rencana Induk Destinasi Pariwisata Prioritas (RIDPP) Danau Toba Tahun 2020-2045 , Balige diproyeksikan sebagai destinasi wisata dengan keunggulan pada "pusaka kota" (city heritage). Â Pilihan ini tepat mengingat Balige termasuk kota tertua di Tanah Batak.Â
Ada banyak pusaka atau warisan dari masa lalu di sana. Â Warisan dari era bius Baligeraja, masa kependeta-rajaan Sorimangaraja, mungkin tidak ada dalam bentuk artefak. Tapi keturunannya telah membangun artefak baru sebagai pengingat dalam bentuk tugu-tugu marga atau leluhur.Â
Selain itu pembagian kampung (desa) menurut kelompok marga juga merupakan artefak yang merujuk pada masa lalu.
Warisan penting  lainnya adalah jejak kerja Belanda.  Terutama pabrik-pabrik tenun sarung Balige, Onan Balige, dan pelabuhan Balige. Â
Secara khusus, terkait eksistensi pabrik tenun, mandar atau sarung  katun Balige adalah ikon kota yang terpenting.  Mandar Balige  tergolong pusaka kota yang ikonik, karena telah memperkenalkan Balige ke seantero Sumatera. Orang luar mengenal Balige sebagai "kota sarung".
Kini segera hadir ikon baru, venue F1H2O di pantai Balige.  Lapangan Sisingamangaraja XII dan pantainya di utara kota kini telah disulap menjadi venue  F1 PowerBoat. Perairan pantainya direkayasa menjadi lintasan balap power boat.  Itu mestinya menjadi "pusaka baru" yang akan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Secara khusus, gelaran F1H2O itu itu telah membawa dampak positif bagi ekonomi Balige. Â Bukan saja menyerap tenaga kerja untuk konstruksi venue dan gelarannya. Tapi juga meningkatkan omzet industri jasa wisata setempat. Mulai dari hotel, homestay, restoran, kedai kopi, transportasi, kuliner lokal, souvenir, dan lain-lain.
Wasanakata
Sebagai catatan penutup, jika melihat foto udara venue F1H2O di Lapangan Sisingamangaraja XII Balige, dia tampak semacam anomali untuk lingkungan sekitarnya.
Sekeliling venue  itu adalah pemukiman warga yang tampak tua dan kumuh. Kontras dengan venue F1H2O yang modern dan bersih. Semacam kontras antara keterbelakangan dan kemajuan.
Sepantasnya, kemajuan yang ditampilkan venue F1H2O berimbas pada lingkungan sekitarnya. Pemerintah pusat telah menggelontorkan dana Rp 36 miliar untuk membangun venue. Tidakkah selayaknya pemerintah daerah menyumbangkan dana pendamping, misalnya Rp 10 miliar, untuk penataan lingkungan sekitar venue?