Tidak berlebihan jika dikatakan makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal ilmiah yang dihasilkan joki itu pada akhirnya hanyalah "sampah akademik".
Kegagalan Perguruan Tinggi
Pada titik ini menjadi terang bahwa gejala perjokian akademik itu adalah puncak gunung es kegagalan  PT kita dalam penyelenggaraan pendidikan.
Di atas sudah diungkap tiga kegagalan mendasar yaitu:
- Kegagalan pembentukan cara berpikir saintifik yaitu logis dan sistematis pada mahasiswa/lulusan.
- Kegagalan pembentukan karakter khususnya terkait moral akademik yang kuat pada mahasiswa/lulusan.
- Kegagalan pendampingan mahasiswa/dosen untuk melakukan riset saintifik dan menghasilkan karya ilmiah yang memiliki nilai kejujuran dan otentisitas.Â
Karena kegagalan itu bersumber pada internal PT, maka ketimbang memerangi para joki immoral, lebih tepat melakukan pembenahan sistem akademik secara internal.
Sekurangnya empat langkah solutif berikut ini dapat dipertimbangkan.
Pertama, revisi silabus metodologi sains dengan memasukkan materi filsafat sains untuk membentuk pola pikir logis dan sistematis, sekaligus kreatif dan inovatif, pada mahasiswa.Â
Saya pernah selama 15 tahun menerapkan hal itu dalam kuliah metodologi. Hasilnya mahasiswa dapat dengan relatif lancar menyusun rencana riset yang sistematis.
Kedua, integrasi topik etika akademis dalam perkuliahan metodologi sains, sebagai cara untuk membentuk  moralitas yang kuat pada mahasiwa, khususnya terkait nilai integritas dan otentisitas dalam kerja saintifik.
Ketiga, penyediaan pilihan bagi mahasiswa untuk jalur non-skripsi (praktisi) dan skripsi (teorisi/akademisi). Â
Sebab tidak semua mahasiswa mampu menerapkan pola pikir logis dan sistematis dalam kerja riset saintifik. Sebagian dari mereka, bahkan mungkin mayoritas, lebih mampu menerapkannya dalam praksis, semisal praktek kerja lapangan atau magang kerja.
Sejumlah PT sudah menerapkan pola itu. Tapi perlu lebih ditingkatkan dan diperluas dalam konteks implementasi program Kampus Merdeka.