"Puisi itu kesatuan tubuh dan jiwa. Tubuh tanpa jiwa adalah bangkai. Jiwa tanpa tubuh adalah hantu." -Felix Tani
Engkong Felix (Tani) memang sengaja mengasapi liang tapa  Daeng Khrisna (Pabichara), agar dia keluar dari situ. Â
Alasannya sahaja.
Engkong perlu kawan ribut. Sebab tak banyak Kompasianer yang bisa diajak ribut tanpa baper. Malas bangetlah ribut dengan Homo sapiens baperan macam tu.
Daeng Khrisna tak begitu. Dia tak baperan. Paling juga dia menghilang tujuhbelas purnama lagi.
Benar saja!
Diasapi terus-menerus, Daeng Khrisna akhirnya keluar juga dari liang tapanya. Sudah pasti karena dia tak sudi menjadi daging asap di dalam situ.Â
Dan ...
Pada hari pertama Daeng Khrisna kembali menganggit dan mengagihkan artikel "kata pengantar hadir" di Kompasiana, Engkong Felix sudah langsung menabuh sarang lebah. Biar para Kompasianer disengati semua.
Semua orang Turatea -- cari sendiri di mana tempat ini -- tahu "titik rangsang" Daeng Khrisna adalah puisi. Begitu dipancing bicara soal puisi, dia pasti langsung on fire.