"Nah, itu. Â Kurasa dia terteror. Takut kehilangan dikotilnya. Kaburlah dia."
"Emang anjing ngerti omongan manusia?"
"Lha. Memangnya kau memerintah Si Bread pakai bahasa anjing?"
"Bahasa manusia, Bang."
"Nah, itu. Waktu kau bilang kebiri, Si Bread itu pasti merasakan ngilu luar biasa pada dikotilnya. Kaburlah dia."
"Oh, begitu, ya, Bang."
Frans menoleh takjub pada Poltak. "Luar biasa. Apa Bang Poltak ini pernah jadi anjing, ya," pikirnya.
"Jadi gimana ini, Bang. Biar Si Bread pulang kembali."
"Gampang itu. Beli aja anjing betina perawan yang cantik menawan. Pasti Si Bread pulang kandang."
Pikir Poltak, perilaku anjing tak jauh dari perilaku tuannya.
"Bah, betul juga kau, Bang. Baiklah. Aku pamit dulu. Mau beli anjing betina ke Jalan Barito atau Latuharhari. Mauliate, Bang."