"Bukan, Bang. Ini lebih parah."
"Bah. Macam mana pula."
"Gini, Bang. Kemarin Si Bread menyusup ke pekarangan rumah tetangga. Lalu melakukan kekerasan seksual pada anjing betina milik tetangga itu."
"Bah. Macam mananya. Anjing kawin itu kan alamiah."
"Itulah, Bang. Tetanggaku marah besar. Dia tak terima anjingnya dikawini Si Bread. Katanya, anjing dia itu dari ras borjuis. Si Bread katanya dari ras proletar."
Rupanya, bagi tetangga Frans, borjuis melakukan kekerasan pada proletar itu wajar. Â Tapi proletar melakukan kekerasan pada borjuis, itu kurang ajar.
"Bah! Dia menghina anjingmu! Berarti menghina kau juga!"
"Jangan kau kompori pula aku, Bang. Palak pula nanti aku."
"Bah, betul juga kau. Ya sudah. Minum dulu kopimu. Ada goreng pisang itu."
"Itu belum seberapa, Bang," lanjut Frans sambil mengunyah goreng pisang. "Dia mengancam akan menghabisi Si Bread. Atas tuduhan telah melakukan kekerasan seksual pada anjingnya."
"Bah, parah itu. Kau laporkan saja pada polisi. Ancaman pembunuhan itu."