Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Admin Kompasiana Mengutuk Engkong Felix

27 Desember 2022   13:28 Diperbarui: 27 Desember 2022   15:38 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekadar ilustrasi saja, bukan pamer (Tangkapan layar Kompasiana)

Motif setiap kompasianer menulis di Kompasiana aneka rupa.  Semua sah dan bernilai intrinsik setara. Sepanjang itu motif subyektif. 

Tak ada dasar untuk menghakimi. Semisal mengatakan mofif Acek Rudy lebih mulia dibanding Engkong Felix.  Atau motif Sigit lebih komersil ketimbang Tante Vaksin aka Capres 2024. Kendati faktual mungkin demikian.

Ini bicara soal motif subyektif, ya. Bukan tujuan obyektif.  Motif itu ditafsir. Sedangkan tujuan diukur.  

Juga tak bicara soal mutu artikel yang diagihkan kompasianer.  Sebab ini bisa menjadi rancu.  Selalu ada perbedaan ukuran. Bermutu menurut Admin Kompasiana, belum tentu bermutu menurut  kompasianer Jepe Jepe.  

Itu sebabnya Jepe Jepe menilai artikel-artikel politips yang kerap jadi Headline di Kompasiana tak sedikit yang zonk.  Katanya tips ternyata cuma prosedur atau syarat-syarat kondisional. 

Implisit Jepe Jepe mau bilang banyak artikel politips di Kompasiana tak bermutu. Ingat, Jepe Jepe itu seorang tipuolog jujur. Jadi dia pasti selalu bohong tentang hal-hal yang sekiranya bisa menyakiti hati orang lain.

Akan halnya Engkong Felix, gerangan apa motifnya menulis di Kompasiana? Sederhana saja:  mengajak pembaca tetap eling.  Tak lebih dari itu.

Eling saja, tanpa tambahan waspada. Waspada itu berat.  Eling itu lebih enteng. 

Engkong mengajak eling saja. Eling dalam erti yang paling sederhana: berpikir sehat. Sehat, bukan sesat.  Beda satu huruf, tapi artinya berlawanan.

Berpikir sehat itu berarti mengedepankan logika, otak rasional.  Bukan memajukan otak emosional, sekalipun ini nikmat.  

Kata para psikolog, semisal kompasianer Ayu Diahastuti, "jangan biarkan otak emosionalmu membajak permanen otak rasionalmu."  Itu semacam menabur benih dengki, benci, sirik, dan apa saja yang jahat-jahat di benakmu.

Karena itu Engkong selalu fokus untuk menganggit dan mengagihkan konten sehat di Kompasiana.  Sekalipun itu cuma artikel picisan. Semisal puisi kenthir yang selalu bikin kompasianer Ayah Tuah mencak-mencak. 

Ah, biarkan saja.  Engkong memang penulis picisan kenthir, bukan?

Tapi mungkin di situlah letak sengketa antara Engkong Felix dan Admin Kompasiana. Engkong bilang "konten sehat".  Admin bilang "konten positif" -- setidaknya begitu kata Mas Nurulloh saat gelaran Kompasianival 2022 kemarin.

Kamu tahu kan bedanya "sehat" dan "positif"?  Misalkan kamu pergi tes PCR untuk pemeriksaan Covid 19.  Lalu hasilnya "positif". Tahu artinya, kan?

Begitulah.  Sesuai prosedur resmi screening artikel Kompasiana, Admin selalu memasukkan setiap artikel Engkong Felix ke mesin scanning Kompasiana.  Hasilnya? Positif semua.  Artinya: "tidak sehat".  

Tidakkah itu malapetaka?  Padahal Engkong, kan selalu menulis konten sehat.  Sebab motifnya kan mengajak pembaca eling.  Lha, kalau hasil cek artikel Engkong terindikasi "positif", itu artinya "tidak sehat", bukan?  

Hal itu agaknya membuat Admin Kompasiana jengkel tralala kepada Engkong Felix.  Soalnya, kendati artikel-artikel Engkong terindikasi "tidak sehat"  -- terlebih artikel perisakan Admin -- ternyata Engkong termasuk dalam 15 Kompasianer teraktif tahun 2022.  Mau muntah gak, sih?

Lebih dari itu, kinerja Engkong lumayan pula.  Artikel "Mati Ketawa Cara Kompasiana" termasuk kelompok 15 artikel yang paling banyak dikomentari. 

Artikel puisi "Sudah Dipastikan Tidak Ada Ijazah atas Nama Jokowi" termasuk kelompok 15 artikel Fiksiana paling banyak dibaca.  Ini yang bikin Ayah Tuah meradang. 

Artikel "Shin Tae-yong Ngeprank Park Hang-seo" masuk kelompok 15 artikel Olahraga paling banyak dibaca.  Unggul dari AkiHensa dan, apesnya, sedikit kalah dari Arif Probo Lingga.

Barangkali karena prestasi yang tak senonoh itu, Admin Kompasiana tambah meradang menerjang.  Dendam terpendam tak lagi teredam.  

Admin Kompasiana lantas mengutuki Engkong Felix dengan memberi angka sial sebagai peringkat.  Posisi Engkong Felix direkayasa sehingga jatuh pada Peringkat #13 tahun 2022 ini.  

Admin, kau keterlaluan!  Tahun 2021 lalu Engkong diberi peringkat #69  -- ini penistaan.  Lalu tahun 2022 ini peringkat #13 -- ini sialan.

Baiklah kalau begitu.  Tahun 2023 nanti Engkong bakal lewat "jalan lain"! Agar kita tak bertemu lagi. 

Puas elo pade! (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun