Tidak heran jika tim penerap Gerendel/Parkir Bus tidak terlalu produktif bikin gol. Â Hal itu secara empiris sudah terbukti di Seri A Italia, negara "sepakbola bertahan". Â Produktivitas gol Seri A lebih rendah ketimbang La Liga Spanyol, Liga Premier Inggris, dan Bundesliga Jerman.
Di arena Piala Dunia 2022 ini, Maroko tampil sebagai representasi strategi Gerendeel/Parkir Bus yang sukses besar. Â Dengan strategi itu Maroko menahan seri Kroasia, mengalahkan Belgia (2-0), dan melibas Kanada (2-1) di fase grup. Â Menahan imbang Spanyol (menang penalti 3-0) di babak 16 besar, dan menumbangkan Portugal (1-0) di babak 8 besar.
Perhatikan, dalam lima kali laga terdahulu, Maroko hanya menciptakan 5 gol, atau rata-rata 1 gol/laga. Â Dan hanya kemasukan 1 gol. Â Itulah penanda utama strategi Gerendel/Parkir Bus.
Bandingkan dengan Prancis, lawan Maroko di semifinal besok subuh (WIB). Â Memasukkan 11 gol, atau rata-rata 2,2 Â gol/laga, Â dan kemasukan 5 gol (1 gol/laga). Â Inilah ciri tim dengan strategi menyerang. Â Ruang kosong yang tertinggal di belakang saat menyerang, bisa menjadi jalan gol bagi lawan yang menyerang balik secara cepat dan bertenaga.
Didier Deschamps bukan sejenis keledai yang terjerumus pada lubang yang sama, tempat Kriasia, Belgia, Kanada, Spanyol, dan Portugal terperosok. Â Dengan kata lain, Deschamps mustahil jadi korban Regragui berikutnya.
Besar kemungkinan Prancis akan menerapkan strategi Gerendel/Parkir Bus juga seperti halnya Maroko. Â Prancis tak akan mengulang kesalahan Spanyol dan Portugal yang banyak menguasai bola di area pertahanan sendiri, tapi nihil prestasi tembakan gol. Â
Sangat mungkin Dechamps akan mengadopsi strategi Argentina saat menumbangkan Kroasia 3-0 tadi subuh. Â Argentina hanya menguasai bola 39 persen, tapi mampu mengoptimalkan potensi duet Messi dan Alvarez untuk menembus pertahanan tebal Kroasia.
Model duet semacam itu mungkin akan dimainkan Mbappe (muda) dan Giroud (tua), dengan dukungan Griezmann dan Dembele, pada tim Prancis. Â Para penyerang Prancis ini bukan tandingan Hakimi, Ziyech, En-Nesyri, dan Boufal di tim Maroko.
Sama-sama menerapkan strategi Gerendel/Parkir Bus yang sama, laga Prancis dan Maroko subuh nanti mungkin akan tampak sebagai gerak bola terbang bolak-balik dari daerah pertahanan Prancis ke daerah pertahanan Maroko dan sebaliknya. Â Lalu gerak kaotik di daerah gawang yang -- siapa tahu -- bisa membuka kesempatan membobol gawang lawan.
Itu pastilah sebuah laga yang monoton dan membosankan. Â Seperti menonton gerombolan ikan mas yang bergerak dari satu ujung ke ujung lain kolam untuk berebut pellet.Â
Itu adalah pola permainan yang hanya melayani kepentingan pemain untuk menang. Â Tapi menafikan kebutuhan penonton untuk senang. Â Italia sudah melakukannya pada Piala Dunia 1982 di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid Spanyol saat mengalahkan Jerman 3-1 di laga final.